Selasa, 15 Oktober 2013

makalah dorongan mencai rizqi yang halal

Dorongan Mencari Rizki yang Halal





MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Hadits
Dosen Pengampu : H. Fakhur Rozi,M.Ag.



DisusunOleh :

Mufidin                                               123211053
Muhamad Aniq                                   123211054
Muhammad Daris Fithon                    123211055
Muhammad Fikri Yuniar Sholeh        123211056


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013


     I.     Pendahuluan
Hadits (Sunnah) adalah pensyarah Undang-undang syariat yang termaktub di dalam kalam Ilahi. Lewat perantaraan hadits kita dapat memahami ayat-ayat yang mujmal, ayat-ayat mutlak dan sebagainya. Dengan hadits kita juga dapat menafsirkan al-Qur’an, serta menentukan apa yang dimaksudkan oleh kalam Allah.
Hadits yang merupakan sumber Islam setelah kalam Allah. Sudah mempunyai urgensi yang wajib kita pahami sebagai pedoman hidup ummat Islam pada umumnya dan pada khusunya untuk diri sendiri. Dengan mata kuliah hadits ini, mari kita mengkaji bersama hadits tentang Dorongan Mencari Rizki yang Halal.

  II.     Rumusan Masalah
A.  Apa pengertian rizki yang halal?
B.  Apa anjuran Nabi Saw untuk mencari rizki yang halal?
C.   Bagaimana Cara efektif untuk  memperoleh rizki yang halal?
D.  Apa hikmah dalam mencari rizki yang halal?

III.     Pembahasan
A.  Pengertian rizki yang halal.
Pengertian rizki yaitu sesuatu yang dapat diambil manfaatnya oleh makhluk hidup. Kata halal berasal dari bahasa arab ( حلال ) yang berarti disahkan, diizinkan, dan diperbolehkan. Sedangkan rizki yang halal dapat dimaknai sebagai sesuatu yang dapat diambil manfaatnya dan boleh dikerjakan atau dimakan sesuai syari’at Islam. Dalam al-Quran Allah berfirman mengenai rizki yang halal :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُلُواْ مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُواْ لِلّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ ﴿١٧٢﴾
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah. (QS. Al-Baqarah : 172)
Dari ayat diatas bisa disimpulkan bahwa mencari rizki yang halal merupakan perintah Allah kepada kaum mukmin. Perintah Allah ini menegaskan kepada kita untuk  tidak berpangku tangan walaupun rizki sudah diatur oleh Allah, agar kita selalu berusaha mencari rizki dan bersyukur semua pemberian Allah.[1]

B.  Anjuran Nabi Saw untuk mencari rizki yang halal
Dalam agama Islam mencari semua telah diatur, baik dalam ibadah, muamalah, dari akan tidur sampai bangun tidur kembali. Semua lini kehidupan manusia diatur dalam Islam. Begitu pula untuk mencari Rizqi yang halal. Baginda Nabi Saw, jauh-jauh hari telah mengeluarkan untaian mutiara hadits yang mengenai lini untuk menyambung hidup yaitu:
عن عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَذْكُرُ الصَّدَقَةَ وَالتَّعَفُّفَ وِ الْمَسْأَلَةِ الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى فَالْيَدُ الْعُلْيَاهي الْمُنْفِقَةُ وَالسُّفْلَى هي السَّائِلَةُ {البخارى في كتاب الزكاة}
“Diriwayatkan dari  Sahabat Abdillah ibn Umar r.a : Sesungguhnya Rasulullah Saw telah bersabda diatas mimbar, beliau menyampaikan masalah sedekah dan menahan diri untuk meminta-minta. (Menurut beliau tangan diatas lebih baik dibanding tangan dibawah. Tangan yang berada diatas adalah yang ber-infaq dan tangan yang berada dibawah adalah meminta)” (HR. Imam Bukhari dalam bab Zakat).[2]

            Hadits tersebut, mengandung makna bahwa sseeorang lebih baik untuk memberi bukan malah meminta-minta. Kalau kita telaah lebih jauh, beliau menganjurkan kepada kita untuk  bekerja mencari rezeki agar bias kita gunakan untuk shadaqah.
Bahkan Nabi Saw secara tegas mengungkapkan bahwa (bekerja) menjual kayu bakar lebih baik daripada meminta-minta. Sebagaimana sabda Nabi Saw :
عن ابى هريرة رضي الله عنه يقول قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لانْ يَحْتَطِبَ اَحَدٌكٌمْ حُزْمَةٌ على ظهرِهِ خَيْرٌ له منْ ان يَسْاَلَ اَحَدَا فَيُعْطِيَهُ او يَمْنَعَهُ {اخرجه البخارى في كتاب المساقة}[3]
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. dia berkata : Rasulullah bersabda Mencari kayu bakar seberkas lalu dipikul di atas punggungnya terus dijual itu lebih baik bagi seseorang dari pada mengemis kepada orang lain yang kadang-kadang diberinya atau tidak.

Hadits diatas menjelaskan bahwa Islam telah mengajarkan kepada ummatnya bahwa tidak ada perbedaan pekerjaan. Yang jika perbedaan itu ada akan menimbulkan kesenjangan social. Pada intinya, bahwa Islam telah memproklamirkan apapun pekerjaannya selagi halal itu lebih baik.
Bekerja menjual kayu lebih baik dibanding meminta-minta. Dalam mencari rizki butuh ketekunan dan keuletan. Hadits ini, juga sangat berkaitkan dengan hadits Nabi yang juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah :
     عن ابى هريرة رضي الله عنه يقول قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قال كان زَكَرِيَاءُ نَجَّارَا {اخرجه مسلم في كتاب الفضائل}[4]
“Diriwiyatkan dari Abu Hurairah ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “Bahwa Nabi Zakariya as, adalah seorang tukang kayu.

Dari kedua hadits tersebut, sangat jelas bahwa Islam tidak memandang pekerjaan. Nabi Zakaria a.s pun juga bekerja sebagai kayu bakar. Bahkan Nabi Muhammad Saw pun bekerja mengembala kambing dan berdagang. Padahal beliau Nabi Muhammad saw adalah manusia yang paling agung pun tetap bekerja.
عن المِقْدَامِ رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ما اَكَلَ اَحَدٌ طَعَامَا قَطُ خَيْرَا مِنْ اَنْ يَاءْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَاَنْ نَبِيَ اللهِ دَاوُدَعليه السلام كان يَاءْ كُلُ من عَمَلِ يَدِهِ {اخرجه البخارى في كتاب المساقة}[5]
"Diriwayatkan dari al-Miqdam ra : Nabi Saw pernah bersabda, tidak ada makanan yang lebih baik dari seseorang kecuali makanan yang ia peroleh dari uang hasil keringatnya sendiri. Nabi Allah, Daud as, makan dari hasil keringatnya sendiri.”

Satu lagi kami paparkan kisah Nabi Daud a.s yang bekerja dengan tangan sendiri, keringat sendiri yang akan memperoleh rizki yang paling baik dan halal.


C.  Cara efektif dalam memperoleh rizki yang halal
Kita maklumi bersama bahwa kefakiran dan kemiskinan adalah ujian dan cobaan dari Allah Swt. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an :
 Nä3¯Ruqè=ö7oYs9ur &äóÓy´Î/ z`ÏiB Å$öqsƒø:$# Æíqàfø9$#ur <Èø)tRur z`ÏiB ÉAºuqøBF{$# ħàÿRF{$#ur ÏNºtyJ¨W9$#ur 3 ̍Ïe±o0ur šúïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÎÎÈ  
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”(QS. Al-Baqarah ; 155)
Al-Qur’an memiliki obat mujarrab untuk mengatasi kefakiran yakni membaca surat al-waqi’ah. Ini selaras dengan hadits Nabi Saw yang artinya :
“Siapa yang membaca surat al-waqi’ah setiap malam, maka ia tidak akan ditimpa kefakiran selama-lamanya” (HR. Abu Ubaid, Abu Ya’la, Ibnu Mawardah, Ibnu Suni, Ibnu Asakir dan Baihaqi)[6]

Selain membaca surat Waqi’ah ada beberapa cara lain yang dapat mempermudahkan untuk mendapat rizki yang halal yaitu menjalin silaturrahim. Menjalin silaturrahim merupakan sunnah Nabi Saw, sebagaimana sabda beliau Saw :
عَنْ ابى هريرة رضي الله عنه قال:قالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (رواه البخاري ومسلم)
Dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa ingin dilapangkan baginya rezekinya dan dipanjangkan untuknya umurnya hendaknya ia melakukan silaturahim.” (Bukhari dan Muslim).[7]

Bahkan ada sebuah ungkapan, “Satu teman baru, satu relasi”. Ungkapan ini ada kolerasi dengan hadits Nabi saw tersebut. Semakin banyak teman berarti peluang rizki terbuka. Sholawat  Nabi Saw juga merupakan upaya untuk dimudahkan mendapat segala sesuatu yang kita harapkan. Sabda Nabi Saw :
Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “Siapa yang bershalawat setiap hari 100x kepadaku, maka Allah akan kabulkan 100 hajatnya, seringan-ringannya hajat adalah di bebaskannya dari api neraka”.

Kalau kita pahami hadits tersebut, dengan kita perbanyak sholawat dan berdo’a pada Allah pasti pintu rizki akan terbuka untuk kita. Dan selain dengan amalan Islami, yang terpenting adalah ada usaha yang sungguh-sungguh untuk memperoleh rizki yang banyak dan halal.

D.  Hikmah dalam Mencari Rizki yang halal
Ada beberapa hikmah yang didapatkan ketika seseorang mencari rejekinya dengan cara yang baik antara lain yaitu :
-          Mendapatkan ridho allah swt.
-          Rejeki yang didapat akan terasa lebih bermakna.
-          Melatih diri untuk lebih produktif bukan konsumtif.
-          Meningkatkan semangat juang kerja yang tinggi.



IV.     Kesimpulan
Dalam pembahasan makalah Dorongan Mencari Rizki yang Halal dapat kita simpulkan bahwa :
Ø Rizki yang halal dapat dimaknai sebagai sesuatu yang dapat diambil manfaatnya dan boleh dikerjakan atau dimakan sesuai syari’at Islam.
Ø Bahwa Islam tidak memandang akan pekerjaan seseorang. Yang terpenting adalah mereka mencari rizki yang halal disbanding meminta-minta. Nabi Daud, Nabi Zakaria merupakan slah satu contoh untuk dijadikan panutan kita bersama.
Ø Agar mudah mendapat rizki yang halal, perbanyak membaca surat al-Waqi’ah, perbanyak sholawat Nabi Saw, menjalin silaturrahim dan lain sebagainya.

  V.     Penutup
Dari pembahasan di atas dapat kita ketahui bersama, bahwa Dorongan Mencari Rizki yang Halal mempunyai peran penting terhadap kehidupan kita untuk menjadi jiwa muslim yang selalu beribadah pada Allah dan senang dengan shadaqah.
Demikianlah pembahasan makalah sekelumit tentang Dorongan Mencari Rizki yang Halal. Kami sebagai pemakalah, menyadari bahwa makalah yang kami sampaikan  sangat jauh dari kesempurnaan. Karena kesempurnaan hanya milik Allah, dan kesalahan milik kami. Maka dari itu, perkenankanlah kami, meminta kritik dan saran dari pembaca guna memperbaiki makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah sendiri dan pada umumnya untuk pembaca. Amien.
Dan akhir kata, pemakalah mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata, baik berupa sistematika penyusunan, maupun isi serta penyampaian makalah ini.





[1] H. Misbakhul Munir, Curhat Bersama Nabi, (Solo : Al-Bayan, 2010), hlm. 127
[2]  Prof.DR. Teungku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Mutiara Hadits 4 Jenazah, Zakat, Puasa, Iktikaf, & Haji, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2003), hlm. 155
[3] Imam Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari Juz Tsani, (Beirut : Darul Kutub al-Ilmiyah, 1992) hlm.112. 
[4]  Imam Abu Zakaria Yahya, Minhajus Syarkhi Shahih Muslim, hadits 2379
[5] Imam Jalaluddin bin Abi Bakar As-Suyuthi, Jami’ As-Shaghir fi Ahaditsil Basyir An-Nadzir, (Kairo : Darul Taufiqiyah Litturats, 2009) hlm.574
[6] Mahmud Asy-Syafrowi, Kayakan Dirimu Sekaya-Kayanya Dengan Surat Al-Waqi’ah, (Jogjakarta : Sabil, 2012), hlm.41
[7] Imam al-Hafidz ibnu Hajar al-Asqalany, Bulughul Maram, (Surabaya : Darul Ilmi), hlm.298 

DAFTAR PUSTAKA

Al-Bukhari, Imam Muhammad bin Ismail bin Ibrahim. 1992. Shahih Al-BukhariJuzTsani. Beirut :DarulKutub al-Ilmiyah.
Ash Shidieqy,Prof.DR. Teungku Muhammad Hasbi. 2003. MutiaraHadits 4 Jenazah, Zakat, Puasa, Iktikaf, & Haji. Semarang :PustakaRizki Putra
Al-Asqalany, Imam al-HafidzibnuHajarBulughulMaram.Surabaya :DarulIlmi.
Asy-SyafrowiMahmud.2012. KayakanDirimuSekaya-KayanyaDenganSurat Al-Waqi’ah.Jogjakarta :Sabil.
As-Suyuthi, Imam JalaluddinbinAbiBakar, 2009. Jami’ As-Shaghir fi AhaditsilBasyir An-Nadzir.Kairo :DarulTaufiqiyahLitturats.
Munir, Misbakhul. 2010.CurhatBersamaNabi. Solo : Al-Bayan.
Yahya, Imam Abu Zakaria.MinhajusSyarkhiShahih Muslim.hadits 2379.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar