Rabu, 27 Februari 2013

Ke-Agungan Basmallah

Allah SWT dalam menciptakan alam semesta ini bukan hal yang tidak terstruktural, semua telah direncanakan-NYA sehingga mempunyai kemanfaatan,-yang didalamnya tak ada kemudharatan apapun atas ciptaan-NYA-.
Sebelum penciptaan alam, Allah menciptakan Nur Baginda Nabi Muhammad Saw. Nur itu-lah yang merupakan awal makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Allah Swt. Dari Nur Muhammad terciptalah arsy, terciptalah langit dan bumi yang kemudian di ikuti malaikat serta makhluk-makhluk lain. Sudah barang tentu, jikalau Allah menjadikan nabi Muhammad di kedudukan yang paling Agung.
Setelah Allah menciptakan alam dari Nur kekasih-Nya, Allah memerintahkan al-Qolam untuk menuliskan lafadh Bismillahirrahmanirrahim. Sang qolam pun memenuhi perintah Tuhan-Nya dan mulai menoreh tintanya, diawali dengan huruf ba' pada Bismillahirrahmanirrahim, tulisan tersebut mengeluarkan cahaya yang menyinari alam malaikat. Sang Qolam pun bertanya kepada Allah, Nur siapa ini wahai Tuhan-ku? Allah pun menjawab , nur kebebasan untuk umat nabi Muhammad dari api neraka. Sang Qolam pun melanjutkan dengan torehannya untuk melanjutkan perintah Allah dengan menulis lafadh sin, tulisan itupun mengeluarkan cahaya lagi. Al-qolam pun kebingungan dengan cahaya yang keluar dari lafadh sin yang memancarkan tiga cahaya. cahaya yang pertama, menuju Arsy; cahaya yang kedua menuju ke Kursi; dan cahaya yang ketiga menuju ke surga. Allah pun menjelaskan bahwa cahaya itu adalah adalah cahaya milik umat Kekasih-Ku Muhammad Saw. Cahaya yang pertama, adalah cahayanya orang-orang salaf, orang-orang yang terdahulu. sedangkan cahaya yang kedua merupakan cahaya orang-orang yang hanya mengharapkan kepada Allah. dan cahaya yang ketiga merupakan cahaya orang-orang yang bermaksiat dan orang dholim (yang dimintakan ampunan oleh Nabi Muhammad).
Sang Qolam terkejut dengan cahaya yang keluar dari huruf ba' dan sin. Allah memerintahkan untuk melanjutkan dengan huruf mim. Sekali lagi huruf itu mengeluarkan cahaya yang luar biasa, Allah berfirman : "wahai Qolam-Ku, cahaya ini adalah cahaya kekasih-Ku, utusan-Ku. Aku tidak menciptakan sesuatu apapun kecuali karena Ia Nabi Muhammad Saw".
Mendengar kalam Allah, sang qolam pun mengucapkan salam untuk kekasih Tuhan-nya. assalamu'alaika ya Rasulallah, ya Habiballah, ya Nurallah. Allah berfirman kepada qolam : wahai qolam, jikalau engkau mengucapkan salam untuk kekasih-Ku sekarang, dia masih dalam bentuk cahaya,-keadaanya masih ghoib-. Namun salam yang engkau ucapkan untuk kekasih-Ku, akan Aku balas dengan salam juga.

Sudah selayaknya, kita harus mengawali semua kegiatan dan agenda dengan basmallah. Kita umat Islam seharusnya malu dengan orang-orang Tiong-Hoa. Mereka sebelum bekerja berdo'a di depan tokonya.

Sungguh luar biasa keagungan lafadh  Bismillahirrahmanirrahim, semoga torehan ini dapat menjadikan kita selalu dapat mengawali kegiatan dengan lafadh Bismillahirrahmanirrahim.

Minggu, 24 Februari 2013

17 Agustus 1945 merupakan waktu yang sakral bagi bangsa Indonesia. Saat itu, Presiden RI pertama, Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia yang sekaligus menjadi tonggak baru perjalanan bangsa yang terdiri dari berbagai macam suku itu.

Berbekal secarik kertas yang berisi tulisan tangan naskah proklamasi, Bung Karno dengan didampingi Moch Hatta, mengumandangkan proklamasi tanda lepasnya bangsa Indonesia dari penjajahan bangsa asing.

Namun, pemilihan tanggal 17 Agustus sebagai waktu dibacakannya proklamasi bukanlah tanpa alasan. Dalam buku Samudera Merah Putih 19 September 1945, Jilid 1 (1984) karya Lasmidjah Hardi, diceritakan alasan Presiden Soekarno memilih tanggal 17 Agustus sebagai waktu proklamasi kemerdekaan salah satunya adalah karena Bung Karno mempercayai mistik.

Alasan itu disampaikan Bung Karno saat berdiskusi dengan para pemuda, salah satunya adalah Sukarni, pada 16 Agustus 1945. Saat itu Bung Karno dan Bung Hatta 'diculik' oleh kaum pemuda ke sebuah tempat di Rengasdengklok, Karawang.

'Penculikan' itu dilakukan untuk menekan kedua proklamator itu agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa ada embel-embel Jepang.

"Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal 17," kata Bung Karno.

Mendengar pernyataan Bung Karno, Sukarni lantas bertanya. "Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja, atau tanggal 16?" tanya Sukarni.

Bung Karno lantas menjelaskan alasannya memilih tanggal 17 sebagai waktu memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

"Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang berada dalam bulan suci Ramadan, waktu kita semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita. Tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci. Alquran diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia," kata Soekarno seperti ditulis Lasmidjah Hardi.

Kemudian pada sore harinya, Bung Karno dan Bung Hatta dijemput kembali menuju Jakarta, setelah tercapainya kesepakatan antara golongan muda dan tua. Saat itu, salah seorang perwakilan golongan tua, Ahmad Soebardjo memberikan jaminan kepada, proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan pada 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB.

Bung Karno dan Bung Hatta akhirnya kembali ke Jakarta. Singkat cerita, setelah melewati sejumlah proses dan peristiwa, kumandang proklamasi akhirnya diproklamirkan Bung Karno di rumahnya, Jalan Pegangsaan Timur No 56 Jakarta, pada pukul 10.00 WIB