FUNGSI KOMUNIKASI
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Tafsir
Dosen Pengampu : Dr. H. Hamdani, M.Ag.
DisusunOleh :
Muhammad Daris Fithon 123211055
Muhammad Nurdyansyah 123211058
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I. Pendahuluan
Al-Quran
merupakan sumber ilmu pengetahuan yang tidak dapat habis kita gali. Mulai
dari ilmu tentang pemerintahan, ilmu kesehatan, ilmu hukum, keimanan,
kisah-kisah, ilmu tentang hal-hal yang ghaib seperti akhirat dan pembalasan
hari akhir, dan masih banyak ilmu yang terkandung dalam al-Quran. Karena setiap
ayatnya adalah ilmu. Al-Quran merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, didalamnya berisi firman Allah swt. Tidak ada satupun buku yang
dapat menandingi al-Quran.
Seperti
yang kita ketahui di dunia ini ada kurang lebih enam ribu bahasa. Dan terdapat
bermacam-macam warna kulit mulai dari albino, sawo matang, negroid, dan
mongoloid. Perbedaan bahasa dan warna kulit kadangkala dapat menimbulkan
perselisihan bahkan perpecahan.
Bahasa
memiliki fungsi sebagai lambang kebanggaan suatu bangsa yang menggunakannya,
sebagai alat perhubungan antar warga, antar daerah, dan antar budaya. Oleh
karena itu bahasa memiliki kedudukan yang amat penting dalam kehidupan sosial
kita sehari-hari.
Allah
Maha Bijaksana, Dia tidak semata-mata menciptakan bermacam-macam bahasa dan
warna kulit kepada manusia untuk diperselisihkan atau bahkan sebagai bahan
untuk peperangan tetapi untuk saling mengenal. Dalam hal ini kami akan membahas
tentang fungsi komunikasi.
II.
Rumusan
Masalah
A. Apa yang melatar belakangi Allah
ciptakan berbagai suku dan bangsa?
B. Bagaimana peranan bahasa untuk menggapai
komunikasi antar manusia?
C. Apakah potensi yang Allah ciptakan dapat
memperoleh tingkatan orang yang paling bertaqwa?
D. Bagaimana analisis ketarbiyahan dan
kejurusan mengenai ayat-ayat fungsi komunikasi?
III. Pembahasan
A.
Latar
belakang Allah ciptakan berbagai suku dan bangsa.
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.s 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© @ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ×Î7yz ÇÊÌÈ
"Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujaraat ; 13)
Kata Syu’ub (الشعوب)
merupakan bentuk plural dari kata sya’b (الشَعب),
sementara itu, qaba’il (القبائيل)
merupakan bentuk jamak dari qabilah (القبيلة).
Keduanya merupakan suatu level dalam hierarkhi kekerabatan menurut orang
Arab. Menurut mereka, manusia ada dalam hierarkhi hubungan kekerabatan mulai
dari yang terluas sampai yang tersempit.
Ath
Thabari menjelaskan: FirmanNya
“وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ”
Allah (seolah) berfirman: dan kami jadikan kalian saling memiliki kecocokan
(pertemuan nasab). Ada di antara kalian yang memiliki pertemuan nasab yang
jauh, ada sebagian kalian yang memiliki pertemuan nasab yang dekat. Mereka yang
memiliki pertemuan nasab yang jauh adalah orang yang bertemu nasab sebagai
anggota sya’b. Contohnya apabila dikatakan kepada seseorang arab: “anda
dari sya’b mana?”, Dia akan menjawab: “aku dari Mudhor” atau “aku
dari Rabi’ah”. Adapun yang memiliki pertemuan nasab yang dekat adalah para
anggota qabilah, seperti Bani Tamim dalam suku Mudhor, atau Bani Bakr
dalam Suku Rabi’ah. Yang lebih dekat dari Qabilah adalah fakhidz,
contohnnya Syaiban dari Bani Bakr dan Darim dari Bani Tamim, dan semisalnya”.[1]
Ada sebuah kisah menarik yang berhubungan dengan
asbabun nuzul surat hujurat ayat 13 ini, yang diriwayatkan oleh Abu
Mulaikah, pada saat terjadinya Fathul Makkah (8 H), Rasul mengutus Bilal Bin
Rabbah untuk mengumandangkan adzan, ia memanjat ka’bah dan berseru kepada kaum
muslimin untuk shalat jama’ah. Ahab bin Usaid ketika melihat Bilal naik keatas
ka’bah berkata “segala puji bagi Allah yang telah mewafatkan ayahku, sehingga
tidak menyaksikan peristiwa hari ini”.
Harist bin Hisyam
berkata “Muhammad menemukan orang lain ke-cuali burung gagak
yang hitam ini”, kata-kata ini dimaksudkan untuk men-cemooh Bilal, karena
warna kulit Bilal yang hitam. Maka datanglah malaikat Jibril memberitahukan
kepada Rasulullah tentang apa yang dilakukan mereka. Sehingga turunlah ayat
ini, yang melarang manusia untuk menyombongkan diri karena kedudukannya,
kepangkatannya, kekayaannya, keturunan dan mencemooh orang miskin. [2]
Diterangkan
pula asbabun nuzul yang
diriwayatkan oleh Abu Daud tentang peristiwa yang terjadi kepada sahabat Abu
Hindin (yaitu sahabat yang biasa berkidmad kepada Nabi saw). Rasulullah mengutus Bani Bayadah untuk
menikahkan Abu Hindin dengan gadis-gadis di kalangan mereka. Mereka bertanya
“apakah patut kami mengawinkan gadis kami dengan budak-budak?” sehingga turun
ayat ini, agar kita tidak mencemooh seseorang karena memandang kedudukannya.[3]
Berangkat
dari itulah, bahwa
kemuliaan itu tidak ada hubungan dengan bangsa, suku
dan ras, karena
yang membedakan manusia disisi Allah hanyalah dari ketakwaan seseorang.
B. Peranan bahasa untuk menggapai
komunikasi antar manusia.
ô`ÏBur ¾ÏmÏG»t#uä ß,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ß#»n=ÏG÷z$#ur öNà6ÏGoYÅ¡ø9r& ö/ä3ÏRºuqø9r&ur 4 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºs ;M»tUy tûüÏJÎ=»yèù=Ïj9 ÇËËÈ
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan
langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya
pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui." (QS. Ar-Ruum : 22)
Ilmu
bahasa erat kaitannya dengan Q.S Ar-Rum ayat 22. Dalam Q.S Ar-Rum ayat 22
dikatakan bahwa bahasa sebagai tanda-tanda kebesaran Allah, sungguh pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui.
Bahasa adalah pikiran, perasaan, diwujudkan melalui
ucapan yang diucapkan alat ucap manusia (mulut). Sebagai makhluk sosial,
manusia selalu hidup berkelompok dan membentuk lingkungan pergaulan yang
tentunya mereka tinggal di dalamnya, bekerja dan mencari kebutuhan hidup. Dari
sinilah bahasa itu berfungsi sebagai alat komunikasi.
Ada hal terpenting yang harus kita ketahui tentang
bahasa, yaitu mengenai dengan variasi bahasa. Ada empat variasi bahasa yang
perlu diketahui, yaitu:
1. Variasi bahasa yang pertama kita lihat berdasarkan penuturnya
adalah variasi bahasa yang disebut idiolek yaitu variasi bahasa yang bersifat
perseorangan membuat konsep idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasanya
atau idioleknya masing-masing. Variasi ini berkenaan dengan warna suara, pilihan
kata gaya bahasa, dan suasana kalimat. Tetapi yang paling dominan adalah
mengenai dengan warnai suara, sehingga jika cukup akrab dengan seseorang hanya
dengan mendengarkan cuaranya tanpa harus melihat orangnya.
2. Variasi kedua berdasarkan penuturnya adalah disebut dialek yaitu
variasi bahasa dari kelompok penutur yang jumlahnya relatif berada pada suatu
tempat atau wilayah tertentu, karena dialek ini berdasarkan atau tempat tinggal
penuturnya maka dialek ini lazim disebut dialek daerah regional atau dialek
geografis. Para penutur dalam suatu dialek. Meskipun mereka mempunyai
idioleknya masing-masing namun memiliki kesamaan diri yang menandai bahwa
mereka berada pada suatu dialek yang berada dengan kelompok yang berada.
3. Variasi bahasa yang ketiga berdasarkan penuturnya disebut kronoleg
atau dialek yakni variasi yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa
tertentu bentuk variasi bahasa yang digunakan sangat berbeda, baik dari segi
lafal, ejaan morfologi, maupun sintaksis dan yang paling nampak adalah biasanya
dari segi leksikon.
4. Variasi bahasa yang keempat, berdasarkan penuturnya disebut
sosiolek atau dialek sosial, yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status,
golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Dalam sosio linguistik biasanya
variasi inilah yang banyak dibicarakan karena variasi ini menyangkut semua
masalah pribadi pada penuturnya seperti usia, pendidikan, pekerjaan tingkat
kebangsawan, tingkat sosial ekonomi.[4]
Segala aktifitas yang akan kita lakukan diatas muka bumi ini harus diawali dengan bahasa. Diera globalisasi saat ini seiring dengan lajunya perkembangan teknologi dan infomasi sangat mempengaruhi penggunaan bahasa sebagai media berkomunikasi, ada dua sisi yang mempengaruhi sistem komunikasi dibalik kecanggihan teknologi informasi yang juga bagian dari media komunikasi yang pertama adalah pengaruh positif dimana media teknologi informasi sangat memperlancar hubungan komunikasi antar sesama. Disisi yang lain majunya perkembangan teknologi informasi dalam tanda kutip sangat mencendrai kaidah atau tata cara bahasa terutama bahasa kita yang tercinta ini Bahasa Indonesia.
C. Memperoleh tingkatan orang yang paling
bertaqwa.
Allah menciptakan
manusia dari seorang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa), dan
menjadikannya berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dan berbeda-beda warna kuligt
bukan untuk saling mencemoohkan, tetapi untuk saling mengenal dan menolong.
Allah tidak menyukai orang-orang yang memperlihatkan kesombongan dengan
keturunan, kepangkatan atau kekayaan karena yang mulia diantara manusia disisi
Allah hanyalah orang yang bertakwa kepada-Nya.[5]
Kebiasaan manusia
memandang kemuliaan itu ada sangkut pautnya dengan kebangsaan dan kekayaan.
Padahal menurut pandangan Allah, orang yang mulia itu adalah orang yang paling
bertakwa kepada Allah. Mengapa manusia saling mengolok-olok sesama saudara
hanya karena Allah menjadikan mereka bersuku-suku dan
berkabilah-kabilah yang berbeda-beda, sedangkan Allah menjadikan seperti itu
agar manusia saling mengenal dan saling tolong menolong dan kemaslahatan-maslahatan
mereka yang bermacam-macam. Namun tidak ada kelebihan bagi
seseorangpun atas yang lain, kecuali dengan taqwa dan keshalihan, disamping
kesempurnaan jiwa bukan dengan hal-hal yang bersifat keduniaan yang tidak
pernah abadi.
Diriwayatkan pula dari
Abu Malik Al-Asy’ari, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, ”sesungguhnya Allah
tidak memandang kepada pangkat-pangkat kalian dan tidak pula kepada
nasab-nasabmu dan tidak pula pada tubuhmu, dan tidak pula pada hartamu, akan
tetapi memandang pada hatimu. Maka barang siapa mempunyai hati yang
shaleh, maka Allah belas kasih kepadanya. Kalian tak lain adalah anak cucu
Adam. Dan yang paling dicintai Allah hanyalah yang paling bertaqwa diantara
kalian,”. Jadi jika kalian hendak berbangga maka banggakanlah taqwamu, artinya
barang siapa yang ingin memperoleh derajat-derajat tinggi hendaklah ia
bertaqwa. Sesungguhnya Allah maha tahu tentang kamu dan amal perbuatanmu, juga
maha waspada tentang hatimu, maka jadikanlah taqwa sebagai bekalmu untuk akhiratmu.[6]
Banyak
hadits pula yang menyebutkan hal di atas, yaitu semulia-mulia manusia adalah
yang paling bertakwa.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه
- قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - أَىُّ النَّاسِ أَكْرَمُ
قَالَ « أَكْرَمُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاهُمْ » . قَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَا
نَسْأَلُكَ . قَالَ « فَأَكْرَمُ النَّاسِ يُوسُفُ نَبِىُّ اللَّهِ ابْنُ نَبِىِّ
اللَّهِ ابْنِ نَبِىِّ اللَّهِ ابْنِ خَلِيلِ اللَّهِ » . قَالُوا لَيْسَ عَنْ
هَذَا نَسْأَلُكَ . قَالَ « فَعَنْ مَعَادِنِ الْعَرَبِ تَسْأَلُونِى » . قَالُوا
نَعَمْ . قَالَ « فَخِيَارُكُمْ فِى الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُكُمْ فِى الإِسْلاَمِ
إِذَا فَقِهُوا »
Diriwiyatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata bahwa sseorang bertanya pada Rasulullah Saw, “Siapakah orang yang paling
mulia?” Rasul Saw
menjawab :“Yang paling mulia di sisi Allah adalah
yang paling bertakwa di antara mereka”. Orang tersebut
berkata, “Bukan itu yang kami tanyakan”. “Manusia yang paling mulia adalah
Yusuf, nabi Allah, anak dari Nabi Allah, anak dari nabi Allah, anak dari
kekasih-Nya”, jawab Beliau Rasulullah. Orang tersebut berkata lagi, “Bukan
itu yang kami tanyakan”. “Apa dari keturunan Arab?”, tanya beliau.
Mereka menjawab, “Iya betul”. Beliau bersabda, “Yang terbaik di antara
kalian di masa jahiliyah adalah yang terbaik dalam Islam jika dia itu fakih
(paham agama).” (HR. Bukhari no. 4689)
Hadits tersebut mengandung makna tersirat bahwa ummat
Nabi Muhammad saw adalah ummat yang terbaik. Sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surat al-Imran ayat 110 :
öNçGZä. uöyz >p¨Bé& ôMy_Ì÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ cöqyg÷Ys?ur Ç`tã Ìx6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur ÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #Zöyz Nßg©9 4 ãNßg÷ZÏiB cqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÊÉÈ
" Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik." (QS.Al-Imran : 110)
Dalam karyanya Abu Muhammad Al Husain
bin Mas’ud Al Baghowi menukilkan
ungkapan Sahabat Ibnu ‘Abbas r,.a, beliau berkata,
كرم
الدنيا الغنى، وكرم الآخرة التقوى.
“Mulianya seseorang di
dunia adalah karena kaya. Namun mulianya seseorang di akhirat karena
takwanya.” Demikian dinukil dalam tafsir Al Baghowi."[7]
Dilain itu Rasulallah menegaskan sebuah hadits, Allah
tidak memandang seseorang rupanya, kekayaan, dan golongan atau ras, namun Allah
memandang seseorang dengan ketaqwaannya.
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ
اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى
قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ ».
Dari Abu Hurairah, ia
berkata, Rasulullah Saw
bersabda,
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa dan harta kalian. Namun yang
Allah lihat adalah hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564)
Dan
satu hadits lagi yang diriwayatkan oleh Abu Dzar:
عَنْ
أَبِى ذَرٍّ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ لَهُ « انْظُرْ
فَإِنَّكَ لَيْسَ بِخَيْرٍ مِنْ أَحْمَرَ وَلاَ أَسْوَدَ إِلاَّ أَنْ تَفْضُلَهُ
بِتَقْوَى
Dari Abu Dzar,
Nabi saw bersabda
kepadanya, “Lihatlah, engkau tidaklah akan lebih baik dari orang yang
berkulit merah atau berkulit hitam sampai engkau mengungguli mereka dengan
takwa”(HR. Ahmad,5: 158).[8]
Semua
keterangan tadi sebenarnya bermuara pada bukan kulit putih membuat kita mulia,
bukan pula karena kita keturunan darah biru, keturunan Arab, atau anak
konglomerat. Yang membuat kita mulia adalah karena takwa kepada Allah sang pencipta.
D. Analisis ketarbiyahan dan kejurusan
ayat-ayat fungsi komunikasi.
Al-Qur'an
mengintroduksikan dirinya sebagai pemberi petunjuk kepada hamba Allah.
Petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia baik
secara pribadi maupun kelompok. Jangkauan yang harus dipelajari didalamnya
sangat luas dan menyeluruh. Tidak dapa diraih
secara sempurna oleh seseorang. [9]
Beberapa kandungan ketarbiyahan yang
terkandung dalam ayat-ayat tentang fungsi komunikasi adalah bagaimana seorang
pendidik dapat memberi pemahaman kepada peserta didiknya untuk saling
menghargai antar ras, suku dan bangsa. Pemahaman juga untuk peserta didik bahwa
Allah melihat seseorang bukan dari golongan atau bangsa tetapi dari
ketaqwaanya.
Mengenai
kandungan kejurusan Pendidikan Bahasa Arab, bahasa harus merupakan kebutuhan
manusia. Bahasa arab adalah bahasa yang memerlukan keahlian dalam mengolah
susunan kata menjadi kalimat yang bermakna. Melestarika bahasa juga sama dengan
melestarikan kebudayaan untuk kehidupan masa depan anak cucu kita.
IV. Kesimpulan
Dalam
pembahasan makalah Fungsi
Kominikasi dapat kita
simpulkan bahwa : Kita sebagai muslim tidak sepantasnya
membeda-bedakan warna kulit. Allah membedakan-bedakan kita supaya kita saling
mengenal dan lebih mempererat tali ukhuwah diantara sesama muslim. Karena
sesungguhnya itu semua merupakan tanda-tanda kebesaran Allah.
Kebesaran
Allah tidak hanya terdapat pada penciptaan langit, bumi, dan warna kulit saja,
tetapi kebesaran Allah juga dapat terlihat pada bahasa-bahasa yang dipergunakan
makhluk ciptaanNya.
V.
Penutup
Dari
pembahasan di atas dapat kita ketahui bersama, bahwa Fungsi Komunikasi mempunyai peran
penting terhadap kehidupan
kita untuk menjadi jiwa muslim yang selalu taqwa pada Allah dan tidak
membedakan orang lain.
Demikianlah
pembahasan makalah sekelumit tentang Fungsi Komunikasi. Kami sebagai
pemakalah, menyadari bahwa makalah yang kami sampaikan sangat jauh dari kesempurnaan. Karena
kesempurnaan hanya milik Allah, dan kesalahan milik kami. Maka dari itu,
perkenankanlah kami, meminta kritik dan saran dari pembaca guna memperbaiki
makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah
sendiri dan pada umumnya untuk pembaca. Amien.
Dan akhir kata,
pemakalah mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata, baik berupa sistematika
penyusunan, maupun isi serta penyampaian makalah ini.
[1] Abu
Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thobari, Tafsir Ath Thobari Jaami’ul Bayan ‘an Ta’wil Ayil Qur’an (Dar Hijr)
[2] Departemen Agama, Al-qur’an
dan tafsir Departemen Agama RI,(Tanpa Kota : Departemen Agama, 2009),
hlm.409
[3] Departemen Agama, Al-qur’an dan
tafsir Departemen Agama RI,(Tanpa Kota : Departemen Agama, 2009), hlm.410
[5] Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis Ayat Al-qur’an dan Hadits, Jilid 5
(Jakarta : Widya Cahaya, 2009), hlm. 419
[6] Ahmad Mustofa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang : Toha Putra, 1993).hlm. 235-238
[7] Abu
Muhammad Al Husain bin Mas’ud Al Baghowi, Ma’alimut Tanzil, ( Dar
Thoyyibah, 1417H), hlm. 34.)
Al-Quran
merupakan sumber ilmu pengetahuan yang tidak dapat habis kita gali. Mulai
dari ilmu tentang pemerintahan, ilmu kesehatan, ilmu hukum, keimanan,
kisah-kisah, ilmu tentang hal-hal yang ghaib seperti akhirat dan pembalasan
hari akhir, dan masih banyak ilmu yang terkandung dalam al-Quran. Karena setiap
ayatnya adalah ilmu. Al-Quran merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, didalamnya berisi firman Allah swt. Tidak ada satupun buku yang
dapat menandingi al-Quran.
Seperti
yang kita ketahui di dunia ini ada kurang lebih enam ribu bahasa. Dan terdapat
bermacam-macam warna kulit mulai dari albino, sawo matang, negroid, dan
mongoloid. Perbedaan bahasa dan warna kulit kadangkala dapat menimbulkan
perselisihan bahkan perpecahan.
Bahasa
memiliki fungsi sebagai lambang kebanggaan suatu bangsa yang menggunakannya,
sebagai alat perhubungan antar warga, antar daerah, dan antar budaya. Oleh
karena itu bahasa memiliki kedudukan yang amat penting dalam kehidupan sosial
kita sehari-hari.
Allah
Maha Bijaksana, Dia tidak semata-mata menciptakan bermacam-macam bahasa dan
warna kulit kepada manusia untuk diperselisihkan atau bahkan sebagai bahan
untuk peperangan tetapi untuk saling mengenal. Dalam hal ini kami akan membahas
tentang fungsi komunikasi.
II.
Rumusan
Masalah
A. Apa yang melatar belakangi Allah
ciptakan berbagai suku dan bangsa?
B. Bagaimana peranan bahasa untuk menggapai
komunikasi antar manusia?
C. Apakah potensi yang Allah ciptakan dapat
memperoleh tingkatan orang yang paling bertaqwa?
D. Bagaimana analisis ketarbiyahan dan
kejurusan mengenai ayat-ayat fungsi komunikasi?
III. Pembahasan
A.
Latar
belakang Allah ciptakan berbagai suku dan bangsa.
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.s 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© @ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ×Î7yz ÇÊÌÈ
"Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujaraat ; 13)
Kata Syu’ub (الشعوب)
merupakan bentuk plural dari kata sya’b (الشَعب),
sementara itu, qaba’il (القبائيل)
merupakan bentuk jamak dari qabilah (القبيلة).
Keduanya merupakan suatu level dalam hierarkhi kekerabatan menurut orang
Arab. Menurut mereka, manusia ada dalam hierarkhi hubungan kekerabatan mulai
dari yang terluas sampai yang tersempit.
Ath
Thabari menjelaskan: FirmanNya
“وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ”
Allah (seolah) berfirman: dan kami jadikan kalian saling memiliki kecocokan
(pertemuan nasab). Ada di antara kalian yang memiliki pertemuan nasab yang
jauh, ada sebagian kalian yang memiliki pertemuan nasab yang dekat. Mereka yang
memiliki pertemuan nasab yang jauh adalah orang yang bertemu nasab sebagai
anggota sya’b. Contohnya apabila dikatakan kepada seseorang arab: “anda
dari sya’b mana?”, Dia akan menjawab: “aku dari Mudhor” atau “aku
dari Rabi’ah”. Adapun yang memiliki pertemuan nasab yang dekat adalah para
anggota qabilah, seperti Bani Tamim dalam suku Mudhor, atau Bani Bakr
dalam Suku Rabi’ah. Yang lebih dekat dari Qabilah adalah fakhidz,
contohnnya Syaiban dari Bani Bakr dan Darim dari Bani Tamim, dan semisalnya”.[1]
Ada sebuah kisah menarik yang berhubungan dengan
asbabun nuzul surat hujurat ayat 13 ini, yang diriwayatkan oleh Abu
Mulaikah, pada saat terjadinya Fathul Makkah (8 H), Rasul mengutus Bilal Bin
Rabbah untuk mengumandangkan adzan, ia memanjat ka’bah dan berseru kepada kaum
muslimin untuk shalat jama’ah. Ahab bin Usaid ketika melihat Bilal naik keatas
ka’bah berkata “segala puji bagi Allah yang telah mewafatkan ayahku, sehingga
tidak menyaksikan peristiwa hari ini”.
Harist bin Hisyam
berkata “Muhammad menemukan orang lain ke-cuali burung gagak
yang hitam ini”, kata-kata ini dimaksudkan untuk men-cemooh Bilal, karena
warna kulit Bilal yang hitam. Maka datanglah malaikat Jibril memberitahukan
kepada Rasulullah tentang apa yang dilakukan mereka. Sehingga turunlah ayat
ini, yang melarang manusia untuk menyombongkan diri karena kedudukannya,
kepangkatannya, kekayaannya, keturunan dan mencemooh orang miskin. [2]
Diterangkan
pula asbabun nuzul yang
diriwayatkan oleh Abu Daud tentang peristiwa yang terjadi kepada sahabat Abu
Hindin (yaitu sahabat yang biasa berkidmad kepada Nabi saw). Rasulullah mengutus Bani Bayadah untuk
menikahkan Abu Hindin dengan gadis-gadis di kalangan mereka. Mereka bertanya
“apakah patut kami mengawinkan gadis kami dengan budak-budak?” sehingga turun
ayat ini, agar kita tidak mencemooh seseorang karena memandang kedudukannya.[3]
Berangkat
dari itulah, bahwa
kemuliaan itu tidak ada hubungan dengan bangsa, suku
dan ras, karena
yang membedakan manusia disisi Allah hanyalah dari ketakwaan seseorang.
B. Peranan bahasa untuk menggapai
komunikasi antar manusia.
ô`ÏBur ¾ÏmÏG»t#uä ß,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ß#»n=ÏG÷z$#ur öNà6ÏGoYÅ¡ø9r& ö/ä3ÏRºuqø9r&ur 4 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºs ;M»tUy tûüÏJÎ=»yèù=Ïj9 ÇËËÈ
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan
langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya
pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui." (QS. Ar-Ruum : 22)
Ilmu
bahasa erat kaitannya dengan Q.S Ar-Rum ayat 22. Dalam Q.S Ar-Rum ayat 22
dikatakan bahwa bahasa sebagai tanda-tanda kebesaran Allah, sungguh pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui.
Bahasa adalah pikiran, perasaan, diwujudkan melalui
ucapan yang diucapkan alat ucap manusia (mulut). Sebagai makhluk sosial,
manusia selalu hidup berkelompok dan membentuk lingkungan pergaulan yang
tentunya mereka tinggal di dalamnya, bekerja dan mencari kebutuhan hidup. Dari
sinilah bahasa itu berfungsi sebagai alat komunikasi.
Ada hal terpenting yang harus kita ketahui tentang
bahasa, yaitu mengenai dengan variasi bahasa. Ada empat variasi bahasa yang
perlu diketahui, yaitu:
1. Variasi bahasa yang pertama kita lihat berdasarkan penuturnya
adalah variasi bahasa yang disebut idiolek yaitu variasi bahasa yang bersifat
perseorangan membuat konsep idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasanya
atau idioleknya masing-masing. Variasi ini berkenaan dengan warna suara, pilihan
kata gaya bahasa, dan suasana kalimat. Tetapi yang paling dominan adalah
mengenai dengan warnai suara, sehingga jika cukup akrab dengan seseorang hanya
dengan mendengarkan cuaranya tanpa harus melihat orangnya.
2. Variasi kedua berdasarkan penuturnya adalah disebut dialek yaitu
variasi bahasa dari kelompok penutur yang jumlahnya relatif berada pada suatu
tempat atau wilayah tertentu, karena dialek ini berdasarkan atau tempat tinggal
penuturnya maka dialek ini lazim disebut dialek daerah regional atau dialek
geografis. Para penutur dalam suatu dialek. Meskipun mereka mempunyai
idioleknya masing-masing namun memiliki kesamaan diri yang menandai bahwa
mereka berada pada suatu dialek yang berada dengan kelompok yang berada.
3. Variasi bahasa yang ketiga berdasarkan penuturnya disebut kronoleg
atau dialek yakni variasi yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa
tertentu bentuk variasi bahasa yang digunakan sangat berbeda, baik dari segi
lafal, ejaan morfologi, maupun sintaksis dan yang paling nampak adalah biasanya
dari segi leksikon.
4. Variasi bahasa yang keempat, berdasarkan penuturnya disebut
sosiolek atau dialek sosial, yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status,
golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Dalam sosio linguistik biasanya
variasi inilah yang banyak dibicarakan karena variasi ini menyangkut semua
masalah pribadi pada penuturnya seperti usia, pendidikan, pekerjaan tingkat
kebangsawan, tingkat sosial ekonomi.[4]
Segala aktifitas yang akan kita lakukan diatas muka bumi ini harus diawali dengan bahasa. Diera globalisasi saat ini seiring dengan lajunya perkembangan teknologi dan infomasi sangat mempengaruhi penggunaan bahasa sebagai media berkomunikasi, ada dua sisi yang mempengaruhi sistem komunikasi dibalik kecanggihan teknologi informasi yang juga bagian dari media komunikasi yang pertama adalah pengaruh positif dimana media teknologi informasi sangat memperlancar hubungan komunikasi antar sesama. Disisi yang lain majunya perkembangan teknologi informasi dalam tanda kutip sangat mencendrai kaidah atau tata cara bahasa terutama bahasa kita yang tercinta ini Bahasa Indonesia.
C. Memperoleh tingkatan orang yang paling
bertaqwa.
Allah menciptakan
manusia dari seorang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa), dan
menjadikannya berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dan berbeda-beda warna kuligt
bukan untuk saling mencemoohkan, tetapi untuk saling mengenal dan menolong.
Allah tidak menyukai orang-orang yang memperlihatkan kesombongan dengan
keturunan, kepangkatan atau kekayaan karena yang mulia diantara manusia disisi
Allah hanyalah orang yang bertakwa kepada-Nya.[5]
Kebiasaan manusia
memandang kemuliaan itu ada sangkut pautnya dengan kebangsaan dan kekayaan.
Padahal menurut pandangan Allah, orang yang mulia itu adalah orang yang paling
bertakwa kepada Allah. Mengapa manusia saling mengolok-olok sesama saudara
hanya karena Allah menjadikan mereka bersuku-suku dan
berkabilah-kabilah yang berbeda-beda, sedangkan Allah menjadikan seperti itu
agar manusia saling mengenal dan saling tolong menolong dan kemaslahatan-maslahatan
mereka yang bermacam-macam. Namun tidak ada kelebihan bagi
seseorangpun atas yang lain, kecuali dengan taqwa dan keshalihan, disamping
kesempurnaan jiwa bukan dengan hal-hal yang bersifat keduniaan yang tidak
pernah abadi.
Diriwayatkan pula dari
Abu Malik Al-Asy’ari, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, ”sesungguhnya Allah
tidak memandang kepada pangkat-pangkat kalian dan tidak pula kepada
nasab-nasabmu dan tidak pula pada tubuhmu, dan tidak pula pada hartamu, akan
tetapi memandang pada hatimu. Maka barang siapa mempunyai hati yang
shaleh, maka Allah belas kasih kepadanya. Kalian tak lain adalah anak cucu
Adam. Dan yang paling dicintai Allah hanyalah yang paling bertaqwa diantara
kalian,”. Jadi jika kalian hendak berbangga maka banggakanlah taqwamu, artinya
barang siapa yang ingin memperoleh derajat-derajat tinggi hendaklah ia
bertaqwa. Sesungguhnya Allah maha tahu tentang kamu dan amal perbuatanmu, juga
maha waspada tentang hatimu, maka jadikanlah taqwa sebagai bekalmu untuk akhiratmu.[6]
Banyak
hadits pula yang menyebutkan hal di atas, yaitu semulia-mulia manusia adalah
yang paling bertakwa.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه
- قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - أَىُّ النَّاسِ أَكْرَمُ
قَالَ « أَكْرَمُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاهُمْ » . قَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَا
نَسْأَلُكَ . قَالَ « فَأَكْرَمُ النَّاسِ يُوسُفُ نَبِىُّ اللَّهِ ابْنُ نَبِىِّ
اللَّهِ ابْنِ نَبِىِّ اللَّهِ ابْنِ خَلِيلِ اللَّهِ » . قَالُوا لَيْسَ عَنْ
هَذَا نَسْأَلُكَ . قَالَ « فَعَنْ مَعَادِنِ الْعَرَبِ تَسْأَلُونِى » . قَالُوا
نَعَمْ . قَالَ « فَخِيَارُكُمْ فِى الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُكُمْ فِى الإِسْلاَمِ
إِذَا فَقِهُوا »
Diriwiyatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata bahwa sseorang bertanya pada Rasulullah Saw, “Siapakah orang yang paling
mulia?” Rasul Saw
menjawab :“Yang paling mulia di sisi Allah adalah
yang paling bertakwa di antara mereka”. Orang tersebut
berkata, “Bukan itu yang kami tanyakan”. “Manusia yang paling mulia adalah
Yusuf, nabi Allah, anak dari Nabi Allah, anak dari nabi Allah, anak dari
kekasih-Nya”, jawab Beliau Rasulullah. Orang tersebut berkata lagi, “Bukan
itu yang kami tanyakan”. “Apa dari keturunan Arab?”, tanya beliau.
Mereka menjawab, “Iya betul”. Beliau bersabda, “Yang terbaik di antara
kalian di masa jahiliyah adalah yang terbaik dalam Islam jika dia itu fakih
(paham agama).” (HR. Bukhari no. 4689)
Hadits tersebut mengandung makna tersirat bahwa ummat
Nabi Muhammad saw adalah ummat yang terbaik. Sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surat al-Imran ayat 110 :
öNçGZä. uöyz >p¨Bé& ôMy_Ì÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ cöqyg÷Ys?ur Ç`tã Ìx6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur ÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #Zöyz Nßg©9 4 ãNßg÷ZÏiB cqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÊÉÈ
" Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik." (QS.Al-Imran : 110)
Dalam karyanya Abu Muhammad Al Husain
bin Mas’ud Al Baghowi menukilkan
ungkapan Sahabat Ibnu ‘Abbas r,.a, beliau berkata,
كرم
الدنيا الغنى، وكرم الآخرة التقوى.
“Mulianya seseorang di
dunia adalah karena kaya. Namun mulianya seseorang di akhirat karena
takwanya.” Demikian dinukil dalam tafsir Al Baghowi."[7]
Dilain itu Rasulallah menegaskan sebuah hadits, Allah
tidak memandang seseorang rupanya, kekayaan, dan golongan atau ras, namun Allah
memandang seseorang dengan ketaqwaannya.
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ
اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى
قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ ».
Dari Abu Hurairah, ia
berkata, Rasulullah Saw
bersabda,
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa dan harta kalian. Namun yang
Allah lihat adalah hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564)
Dan
satu hadits lagi yang diriwayatkan oleh Abu Dzar:
عَنْ
أَبِى ذَرٍّ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ لَهُ « انْظُرْ
فَإِنَّكَ لَيْسَ بِخَيْرٍ مِنْ أَحْمَرَ وَلاَ أَسْوَدَ إِلاَّ أَنْ تَفْضُلَهُ
بِتَقْوَى
Dari Abu Dzar,
Nabi saw bersabda
kepadanya, “Lihatlah, engkau tidaklah akan lebih baik dari orang yang
berkulit merah atau berkulit hitam sampai engkau mengungguli mereka dengan
takwa”(HR. Ahmad,5: 158).[8]
Semua
keterangan tadi sebenarnya bermuara pada bukan kulit putih membuat kita mulia,
bukan pula karena kita keturunan darah biru, keturunan Arab, atau anak
konglomerat. Yang membuat kita mulia adalah karena takwa kepada Allah sang pencipta.
D. Analisis ketarbiyahan dan kejurusan
ayat-ayat fungsi komunikasi.
Al-Qur'an
mengintroduksikan dirinya sebagai pemberi petunjuk kepada hamba Allah.
Petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia baik
secara pribadi maupun kelompok. Jangkauan yang harus dipelajari didalamnya
sangat luas dan menyeluruh. Tidak dapa diraih
secara sempurna oleh seseorang. [9]
Beberapa kandungan ketarbiyahan yang
terkandung dalam ayat-ayat tentang fungsi komunikasi adalah bagaimana seorang
pendidik dapat memberi pemahaman kepada peserta didiknya untuk saling
menghargai antar ras, suku dan bangsa. Pemahaman juga untuk peserta didik bahwa
Allah melihat seseorang bukan dari golongan atau bangsa tetapi dari
ketaqwaanya.
Mengenai
kandungan kejurusan Pendidikan Bahasa Arab, bahasa harus merupakan kebutuhan
manusia. Bahasa arab adalah bahasa yang memerlukan keahlian dalam mengolah
susunan kata menjadi kalimat yang bermakna. Melestarika bahasa juga sama dengan
melestarikan kebudayaan untuk kehidupan masa depan anak cucu kita.
IV. Kesimpulan
Dalam
pembahasan makalah Fungsi
Kominikasi dapat kita
simpulkan bahwa : Kita sebagai muslim tidak sepantasnya
membeda-bedakan warna kulit. Allah membedakan-bedakan kita supaya kita saling
mengenal dan lebih mempererat tali ukhuwah diantara sesama muslim. Karena
sesungguhnya itu semua merupakan tanda-tanda kebesaran Allah.
Kebesaran
Allah tidak hanya terdapat pada penciptaan langit, bumi, dan warna kulit saja,
tetapi kebesaran Allah juga dapat terlihat pada bahasa-bahasa yang dipergunakan
makhluk ciptaanNya.
V.
Penutup
Dari
pembahasan di atas dapat kita ketahui bersama, bahwa Fungsi Komunikasi mempunyai peran
penting terhadap kehidupan
kita untuk menjadi jiwa muslim yang selalu taqwa pada Allah dan tidak
membedakan orang lain.
Demikianlah
pembahasan makalah sekelumit tentang Fungsi Komunikasi. Kami sebagai
pemakalah, menyadari bahwa makalah yang kami sampaikan sangat jauh dari kesempurnaan. Karena
kesempurnaan hanya milik Allah, dan kesalahan milik kami. Maka dari itu,
perkenankanlah kami, meminta kritik dan saran dari pembaca guna memperbaiki
makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah
sendiri dan pada umumnya untuk pembaca. Amien.
Dan akhir kata,
pemakalah mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata, baik berupa sistematika
penyusunan, maupun isi serta penyampaian makalah ini.
[1] Abu
Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thobari, Tafsir Ath Thobari Jaami’ul Bayan ‘an Ta’wil Ayil Qur’an (Dar Hijr)
[2] Departemen Agama, Al-qur’an
dan tafsir Departemen Agama RI,(Tanpa Kota : Departemen Agama, 2009),
hlm.409
[3] Departemen Agama, Al-qur’an dan
tafsir Departemen Agama RI,(Tanpa Kota : Departemen Agama, 2009), hlm.410
[5] Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis Ayat Al-qur’an dan Hadits, Jilid 5
(Jakarta : Widya Cahaya, 2009), hlm. 419
[6] Ahmad Mustofa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang : Toha Putra, 1993).hlm. 235-238
[7] Abu
Muhammad Al Husain bin Mas’ud Al Baghowi, Ma’alimut Tanzil, ( Dar
Thoyyibah, 1417H), hlm. 34.)
DAFTAR PUSTAKA
Agama, Departemen. 2009. Al-qur’an dan tafsir Departemen Agama RI. Jakarta : Departemen Agama.
Al
Baghowi, Abu
Muhammad Al Husain bin Mas’ud.
1417H.
Ma’alimut Tanzil. Dar Thoyyibah.
Ath-Thobari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. Tafsir
Ath Thobari Jaami’ul Bayan ‘an Ta’wil Ayil Qur’an. Dar Hijr.
Maktabah syamilah.
Munir, Dr. Ahmad, MA. 2008. Tafsir Tarbawi. Yogyakarta : Teras.
Mustofa
Al-Maraghi, Ahmad. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Semarang : Toha
Putra.
Yusuf, Ahmad Muhammad. 2009. Ensiklopedi Tematis Ayat Al-qur’an dan Hadits jilid
5. Jakarta : Widya Cahaya.
Waid,
Abdul. 2012. Dahsyatkan Potensi Otakmu dengan Shalat. Jogjakarta : Diva
Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar