Rabu, 16 Oktober 2013

Makalah Tafsir, Fungsi Komunikasi

FUNGSI KOMUNIKASI





MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Tafsir
Dosen Pengampu : Dr. H. Hamdani, M.Ag.




DisusunOleh :

Muhammad Daris Fithon                    123211055
Muhammad Nurdyansyah                  123211058



FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013

      I.     Pendahuluan
Al-Quran merupakan sumber ilmu pengetahuan yang tidak dapat habis kita gali. Mulai dari ilmu tentang pemerintahan, ilmu kesehatan, ilmu hukum, keimanan, kisah-kisah, ilmu tentang hal-hal yang ghaib seperti akhirat dan pembalasan hari akhir, dan masih banyak ilmu yang terkandung dalam al-Quran. Karena setiap ayatnya adalah ilmu. Al-Quran merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, didalamnya berisi firman Allah swt. Tidak ada satupun buku yang dapat menandingi al-Quran.         
Seperti yang kita ketahui di dunia ini ada kurang lebih enam ribu bahasa. Dan terdapat bermacam-macam warna kulit mulai dari albino, sawo matang, negroid, dan mongoloid. Perbedaan bahasa dan warna kulit kadangkala dapat menimbulkan perselisihan bahkan perpecahan.
Bahasa memiliki fungsi sebagai lambang kebanggaan suatu bangsa yang menggunakannya, sebagai alat perhubungan antar warga, antar daerah, dan antar budaya. Oleh karena itu bahasa memiliki kedudukan yang amat penting dalam kehidupan sosial kita sehari-hari.
Allah Maha Bijaksana, Dia tidak semata-mata menciptakan bermacam-macam bahasa dan warna kulit kepada manusia untuk diperselisihkan atau bahkan sebagai bahan untuk peperangan tetapi untuk saling mengenal. Dalam hal ini kami akan membahas tentang fungsi komunikasi.

  II.     Rumusan Masalah
A.  Apa yang melatar belakangi Allah ciptakan berbagai suku dan bangsa?
B.   Bagaimana peranan bahasa untuk menggapai komunikasi antar manusia?
C.   Apakah potensi yang Allah ciptakan dapat memperoleh tingkatan orang yang paling bertaqwa?
D.  Bagaimana analisis ketarbiyahan dan kejurusan mengenai ayat-ayat fungsi komunikasi?

III.     Pembahasan
A.    Latar belakang Allah ciptakan berbagai suku dan bangsa.
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ׎Î7yz ÇÊÌÈ  
"Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujaraat ; 13)

Kata Syu’ub (الشعوب) merupakan bentuk plural dari kata sya’b (الشَعب), sementara itu, qaba’il (القبائيل) merupakan bentuk jamak dari qabilah (القبيلة). Keduanya merupakan suatu level  dalam hierarkhi kekerabatan menurut orang Arab. Menurut mereka, manusia ada dalam hierarkhi hubungan kekerabatan mulai dari yang terluas sampai yang tersempit.
Ath Thabari menjelaskan: FirmanNya “وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ” Allah (seolah) berfirman: dan kami jadikan kalian saling memiliki kecocokan (pertemuan nasab). Ada di antara kalian yang memiliki pertemuan nasab yang jauh, ada sebagian kalian yang memiliki pertemuan nasab yang dekat. Mereka yang memiliki pertemuan nasab yang jauh adalah orang yang bertemu nasab sebagai anggota sya’b. Contohnya apabila dikatakan kepada seseorang arab: “anda dari sya’b mana?”, Dia akan menjawab: “aku dari Mudhor” atau “aku dari Rabi’ah”. Adapun yang memiliki pertemuan nasab yang dekat adalah para anggota qabilah, seperti Bani Tamim dalam suku Mudhor, atau Bani Bakr dalam Suku Rabi’ah. Yang lebih dekat dari Qabilah adalah fakhidz, contohnnya Syaiban dari Bani Bakr dan Darim dari Bani Tamim, dan semisalnya”.[1]
Ada sebuah kisah menarik yang berhubungan dengan asbabun nuzul surat hujurat ayat 13 ini, yang diriwayatkan oleh Abu Mulaikah, pada saat terjadinya Fathul Makkah (8 H), Rasul mengutus Bilal Bin Rabbah untuk mengumandangkan adzan, ia memanjat ka’bah dan berseru kepada kaum muslimin untuk shalat jama’ah. Ahab bin Usaid ketika melihat Bilal naik keatas ka’bah berkata “segala puji bagi Allah yang telah mewafatkan ayahku, sehingga tidak menyaksikan peristiwa hari ini”.
Harist bin Hisyam berkata “Muhammad menemukan orang lain ke-cuali burung gagak yang hitam ini”, kata-kata ini dimaksudkan untuk men-cemooh Bilal, karena warna kulit Bilal yang hitam. Maka datanglah malaikat Jibril memberitahukan kepada Rasulullah tentang apa yang dilakukan mereka. Sehingga turunlah ayat ini, yang melarang manusia untuk menyombongkan diri karena kedudukannya, kepangkatannya, kekayaannya, keturunan dan mencemooh orang miskin. [2]
Diterangkan pula asbabun nuzul yang diriwayatkan oleh Abu Daud tentang peristiwa yang terjadi kepada sahabat Abu Hindin (yaitu sahabat yang biasa berkidmad kepada Nabi saw). Rasulullah mengutus Bani Bayadah untuk menikahkan Abu Hindin dengan gadis-gadis di kalangan mereka. Mereka bertanya “apakah patut kami mengawinkan gadis kami dengan budak-budak?” sehingga turun ayat ini, agar kita tidak mencemooh seseorang karena memandang kedudukannya.[3]
Berangkat dari itulah, bahwa kemuliaan itu tidak ada hubungan dengan bangsa, suku dan ras, karena yang membedakan manusia disisi Allah hanyalah dari ketakwaan seseorang.

B.     Peranan bahasa untuk menggapai komunikasi antar manusia.
ô`ÏBur ¾ÏmÏG»tƒ#uä ß,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ß#»n=ÏG÷z$#ur öNà6ÏGoYÅ¡ø9r& ö/ä3ÏRºuqø9r&ur 4 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºsŒ ;M»tƒUy tûüÏJÎ=»yèù=Ïj9 ÇËËÈ  
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui." (QS. Ar-Ruum : 22)

Ilmu bahasa erat kaitannya dengan Q.S Ar-Rum ayat 22. Dalam Q.S Ar-Rum ayat 22 dikatakan bahwa bahasa sebagai tanda-tanda kebesaran Allah, sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Bahasa adalah pikiran, perasaan, diwujudkan melalui ucapan yang diucapkan alat ucap manusia (mulut). Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup berkelompok dan membentuk lingkungan pergaulan yang tentunya mereka tinggal di dalamnya, bekerja dan mencari kebutuhan hidup. Dari sinilah bahasa itu berfungsi sebagai alat komunikasi.
Ada hal terpenting yang harus kita ketahui tentang bahasa, yaitu mengenai dengan variasi bahasa. Ada empat variasi bahasa yang perlu diketahui, yaitu:
1.    Variasi bahasa yang pertama kita lihat berdasarkan penuturnya adalah variasi bahasa yang disebut idiolek yaitu variasi bahasa yang bersifat perseorangan membuat konsep idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasanya atau idioleknya masing-masing. Variasi ini berkenaan dengan warna suara, pilihan kata gaya bahasa, dan suasana kalimat. Tetapi yang paling dominan adalah mengenai dengan warnai suara, sehingga jika cukup akrab dengan seseorang hanya dengan mendengarkan cuaranya tanpa harus melihat orangnya.
2.    Variasi kedua berdasarkan penuturnya adalah disebut dialek yaitu variasi bahasa dari kelompok penutur yang jumlahnya relatif berada pada suatu tempat atau wilayah tertentu, karena dialek ini berdasarkan atau tempat tinggal penuturnya maka dialek ini lazim disebut dialek daerah regional atau dialek geografis. Para penutur dalam suatu dialek. Meskipun mereka mempunyai idioleknya masing-masing namun memiliki kesamaan diri yang menandai bahwa mereka berada pada suatu dialek yang berada dengan kelompok yang berada.
3.    Variasi bahasa yang ketiga berdasarkan penuturnya disebut kronoleg atau dialek yakni variasi yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu bentuk variasi bahasa yang digunakan sangat berbeda, baik dari segi lafal, ejaan morfologi, maupun sintaksis dan yang paling nampak adalah biasanya dari segi leksikon.
4.      Variasi bahasa yang keempat, berdasarkan penuturnya disebut sosiolek atau dialek sosial, yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Dalam sosio linguistik biasanya variasi inilah yang banyak dibicarakan karena variasi ini menyangkut semua masalah pribadi pada penuturnya seperti usia, pendidikan, pekerjaan tingkat kebangsawan, tingkat sosial ekonomi.[4]

          Segala aktifitas yang akan kita lakukan diatas muka bumi ini harus diawali dengan bahasa. Diera globalisasi saat ini seiring dengan lajunya perkembangan teknologi dan infomasi sangat mempengaruhi penggunaan bahasa sebagai media berkomunikasi, ada dua sisi yang mempengaruhi sistem komunikasi dibalik kecanggihan teknologi informasi yang juga bagian dari media komunikasi yang pertama adalah pengaruh positif dimana media teknologi informasi sangat memperlancar hubungan komunikasi antar sesama. Disisi yang lain majunya perkembangan teknologi informasi dalam tanda kutip sangat mencendrai kaidah atau tata cara bahasa terutama bahasa kita yang tercinta ini Bahasa Indonesia.

C.     Memperoleh tingkatan orang yang paling bertaqwa.
Allah menciptakan manusia dari seorang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa), dan menjadikannya berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dan berbeda-beda warna kuligt bukan untuk saling mencemoohkan, tetapi untuk saling mengenal dan menolong. Allah tidak menyukai orang-orang yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kepangkatan atau kekayaan karena yang mulia diantara manusia disisi Allah hanyalah orang yang bertakwa kepada-Nya.[5]
Kebiasaan manusia memandang kemuliaan itu ada sangkut pautnya dengan kebangsaan dan kekayaan. Padahal menurut pandangan Allah, orang yang mulia itu adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah. Mengapa manusia saling mengolok-olok sesama saudara hanya karena Allah menjadikan mereka  bersuku-suku dan berkabilah-kabilah yang berbeda-beda, sedangkan Allah menjadikan seperti itu agar manusia saling mengenal dan saling tolong menolong dan kemaslahatan-maslahatan mereka yang bermacam-macam. Namun tidak ada kelebihan bagi seseorangpun atas yang lain, kecuali dengan taqwa dan keshalihan, disamping kesempurnaan jiwa bukan dengan hal-hal yang bersifat keduniaan yang tidak pernah abadi.
Diriwayatkan pula dari Abu Malik Al-Asy’ari, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, ”sesungguhnya Allah tidak memandang kepada pangkat-pangkat kalian dan tidak pula kepada nasab-nasabmu dan tidak pula pada tubuhmu, dan tidak pula pada hartamu, akan tetapi memandang pada hatimu. Maka barang siapa mempunyai hati  yang shaleh, maka Allah belas kasih kepadanya. Kalian tak lain adalah anak cucu Adam. Dan yang paling dicintai Allah hanyalah yang paling bertaqwa diantara kalian,”. Jadi jika kalian hendak berbangga maka banggakanlah taqwamu, artinya barang siapa yang ingin memperoleh derajat-derajat tinggi hendaklah ia bertaqwa. Sesungguhnya Allah maha tahu tentang kamu dan amal perbuatanmu, juga maha waspada tentang hatimu, maka jadikanlah taqwa sebagai bekalmu untuk akhiratmu.[6]
Banyak hadits pula yang menyebutkan hal di atas, yaitu semulia-mulia manusia adalah yang paling bertakwa.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - أَىُّ النَّاسِ أَكْرَمُ قَالَ « أَكْرَمُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاهُمْ » . قَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَا نَسْأَلُكَ . قَالَ « فَأَكْرَمُ النَّاسِ يُوسُفُ نَبِىُّ اللَّهِ ابْنُ نَبِىِّ اللَّهِ ابْنِ نَبِىِّ اللَّهِ ابْنِ خَلِيلِ اللَّهِ » . قَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَا نَسْأَلُكَ . قَالَ « فَعَنْ مَعَادِنِ الْعَرَبِ تَسْأَلُونِى » . قَالُوا نَعَمْ . قَالَ « فَخِيَارُكُمْ فِى الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُكُمْ فِى الإِسْلاَمِ إِذَا فَقِهُوا »
Diriwiyatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata bahwa sseorang bertanya pada Rasulullah Saw, “Siapakah orang yang paling mulia?” Rasul Saw menjawab :“Yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara mereka”. Orang tersebut berkata, “Bukan itu yang kami tanyakan”. “Manusia yang paling mulia adalah Yusuf, nabi Allah, anak dari Nabi Allah, anak dari nabi Allah, anak dari kekasih-Nya”, jawab Beliau Rasulullah. Orang tersebut berkata lagi, “Bukan itu yang kami tanyakan”. “Apa dari keturunan Arab?”, tanya beliau. Mereka menjawab, “Iya betul”. Beliau bersabda, “Yang terbaik di antara kalian di masa jahiliyah adalah yang terbaik dalam Islam jika dia itu fakih (paham agama).” (HR. Bukhari no. 4689)
Hadits tersebut mengandung makna tersirat bahwa ummat Nabi Muhammad saw adalah ummat yang terbaik. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-Imran ayat 110 :
öNçGZä. uŽöyz >p¨Bé& ôMy_̍÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ šcöqyg÷Ys?ur Ç`tã ̍x6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur šÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #ZŽöyz Nßg©9 4 ãNßg÷ZÏiB šcqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçŽsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÊÉÈ  
" Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS.Al-Imran : 110)

Dalam karyanya Abu Muhammad Al Husain bin Mas’ud Al Baghowi menukilkan ungkapan Sahabat Ibnu ‘Abbas r,.a, beliau berkata,
كرم الدنيا الغنى، وكرم الآخرة التقوى.
“Mulianya seseorang di dunia adalah karena kaya. Namun mulianya seseorang di akhirat karena takwanya.” Demikian dinukil dalam tafsir Al Baghowi."[7]
Dilain itu Rasulallah menegaskan sebuah hadits, Allah tidak memandang seseorang rupanya, kekayaan, dan golongan atau ras, namun Allah memandang seseorang dengan ketaqwaannya.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ ».
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa dan harta kalian. Namun yang Allah lihat adalah hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564)
Dan satu hadits lagi yang diriwayatkan oleh Abu Dzar:
عَنْ أَبِى ذَرٍّ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ لَهُ « انْظُرْ فَإِنَّكَ لَيْسَ بِخَيْرٍ مِنْ أَحْمَرَ وَلاَ أَسْوَدَ إِلاَّ أَنْ تَفْضُلَهُ بِتَقْوَى
Dari Abu Dzar, Nabi saw bersabda kepadanya, “Lihatlah, engkau tidaklah akan lebih baik dari orang yang berkulit merah atau berkulit hitam sampai engkau mengungguli mereka dengan takwa”(HR. Ahmad,5: 158).[8]
Semua keterangan tadi sebenarnya bermuara pada bukan kulit putih membuat kita mulia, bukan pula karena kita keturunan darah biru, keturunan Arab, atau anak konglomerat. Yang membuat kita mulia adalah karena takwa kepada Allah sang pencipta.

D.    Analisis ketarbiyahan dan kejurusan ayat-ayat fungsi komunikasi.
Al-Qur'an mengintroduksikan dirinya sebagai pemberi petunjuk kepada hamba Allah. Petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia baik secara pribadi maupun kelompok. Jangkauan yang harus dipelajari didalamnya sangat luas dan menyeluruh. Tidak dapa diraih  secara sempurna oleh seseorang. [9] 
            Beberapa kandungan ketarbiyahan yang terkandung dalam ayat-ayat tentang fungsi komunikasi adalah bagaimana seorang pendidik dapat memberi pemahaman kepada peserta didiknya untuk saling menghargai antar ras, suku dan bangsa. Pemahaman juga untuk peserta didik bahwa Allah melihat seseorang bukan dari golongan atau bangsa tetapi dari ketaqwaanya.
Mengenai kandungan kejurusan Pendidikan Bahasa Arab, bahasa harus merupakan kebutuhan manusia. Bahasa arab adalah bahasa yang memerlukan keahlian dalam mengolah susunan kata menjadi kalimat yang bermakna. Melestarika bahasa juga sama dengan melestarikan kebudayaan untuk kehidupan masa depan anak cucu kita. 

IV.     Kesimpulan
Dalam pembahasan makalah Fungsi Kominikasi dapat kita simpulkan bahwa : Kita sebagai muslim tidak sepantasnya membeda-bedakan warna kulit. Allah membedakan-bedakan kita supaya kita saling mengenal dan lebih mempererat tali ukhuwah diantara sesama muslim. Karena sesungguhnya itu semua merupakan tanda-tanda kebesaran Allah.
Kebesaran Allah tidak hanya terdapat pada penciptaan langit, bumi, dan warna kulit saja, tetapi kebesaran Allah juga dapat terlihat pada bahasa-bahasa yang dipergunakan makhluk ciptaanNya. 

  V.     Penutup
Dari pembahasan di atas dapat kita ketahui bersama, bahwa Fungsi Komunikasi mempunyai peran penting terhadap kehidupan kita untuk menjadi jiwa muslim yang selalu taqwa pada Allah dan tidak membedakan orang lain.
Demikianlah pembahasan makalah sekelumit tentang Fungsi Komunikasi. Kami sebagai pemakalah, menyadari bahwa makalah yang kami sampaikan  sangat jauh dari kesempurnaan. Karena kesempurnaan hanya milik Allah, dan kesalahan milik kami. Maka dari itu, perkenankanlah kami, meminta kritik dan saran dari pembaca guna memperbaiki makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah sendiri dan pada umumnya untuk pembaca. Amien.
Dan akhir kata, pemakalah mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata, baik berupa sistematika penyusunan, maupun isi serta penyampaian makalah ini.



[1] Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thobari, Tafsir Ath Thobari Jaami’ul Bayan ‘an Ta’wil Ayil Qur’an (Dar Hijr)
[2] Departemen Agama,  Al-qur’an dan tafsir Departemen Agama RI,(Tanpa Kota : Departemen Agama, 2009), hlm.409
[3] Departemen Agama,  Al-qur’an dan tafsir Departemen Agama RI,(Tanpa Kota : Departemen Agama, 2009), hlm.410               
[4] Abdul Waid, Dahsyatkan Potensi Otakmu dengan Shalat, (Jogjakarta : Diva Press, 2012), hlm 26.  
[5] Ahmad Muhammad Yusuf,  Ensiklopedi Tematis Ayat Al-qur’an dan Hadits,  Jilid 5  (Jakarta : Widya Cahaya, 2009),   hlm. 419
[6] Ahmad Mustofa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang :  Toha Putra, 1993).hlm. 235-238
[7] Abu Muhammad Al Husain bin Mas’ud Al Baghowi, Ma’alimut Tanzil, ( Dar Thoyyibah, 1417H), hlm. 34.)
[8] Maktabah syamilah.
[9] Dr. Ahmad Munir, MA., Tafsir Tarbawi, (Yogyakarta : Teras, 2008), hlm. 186     I.     Pendahuluan
Al-Quran merupakan sumber ilmu pengetahuan yang tidak dapat habis kita gali. Mulai dari ilmu tentang pemerintahan, ilmu kesehatan, ilmu hukum, keimanan, kisah-kisah, ilmu tentang hal-hal yang ghaib seperti akhirat dan pembalasan hari akhir, dan masih banyak ilmu yang terkandung dalam al-Quran. Karena setiap ayatnya adalah ilmu. Al-Quran merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, didalamnya berisi firman Allah swt. Tidak ada satupun buku yang dapat menandingi al-Quran.         
Seperti yang kita ketahui di dunia ini ada kurang lebih enam ribu bahasa. Dan terdapat bermacam-macam warna kulit mulai dari albino, sawo matang, negroid, dan mongoloid. Perbedaan bahasa dan warna kulit kadangkala dapat menimbulkan perselisihan bahkan perpecahan.
Bahasa memiliki fungsi sebagai lambang kebanggaan suatu bangsa yang menggunakannya, sebagai alat perhubungan antar warga, antar daerah, dan antar budaya. Oleh karena itu bahasa memiliki kedudukan yang amat penting dalam kehidupan sosial kita sehari-hari.
Allah Maha Bijaksana, Dia tidak semata-mata menciptakan bermacam-macam bahasa dan warna kulit kepada manusia untuk diperselisihkan atau bahkan sebagai bahan untuk peperangan tetapi untuk saling mengenal. Dalam hal ini kami akan membahas tentang fungsi komunikasi.

  II.     Rumusan Masalah
A.  Apa yang melatar belakangi Allah ciptakan berbagai suku dan bangsa?
B.   Bagaimana peranan bahasa untuk menggapai komunikasi antar manusia?
C.   Apakah potensi yang Allah ciptakan dapat memperoleh tingkatan orang yang paling bertaqwa?
D.  Bagaimana analisis ketarbiyahan dan kejurusan mengenai ayat-ayat fungsi komunikasi?

III.     Pembahasan
A.    Latar belakang Allah ciptakan berbagai suku dan bangsa.
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ׎Î7yz ÇÊÌÈ  
"Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujaraat ; 13)

Kata Syu’ub (الشعوب) merupakan bentuk plural dari kata sya’b (الشَعب), sementara itu, qaba’il (القبائيل) merupakan bentuk jamak dari qabilah (القبيلة). Keduanya merupakan suatu level  dalam hierarkhi kekerabatan menurut orang Arab. Menurut mereka, manusia ada dalam hierarkhi hubungan kekerabatan mulai dari yang terluas sampai yang tersempit.
Ath Thabari menjelaskan: FirmanNya “وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ” Allah (seolah) berfirman: dan kami jadikan kalian saling memiliki kecocokan (pertemuan nasab). Ada di antara kalian yang memiliki pertemuan nasab yang jauh, ada sebagian kalian yang memiliki pertemuan nasab yang dekat. Mereka yang memiliki pertemuan nasab yang jauh adalah orang yang bertemu nasab sebagai anggota sya’b. Contohnya apabila dikatakan kepada seseorang arab: “anda dari sya’b mana?”, Dia akan menjawab: “aku dari Mudhor” atau “aku dari Rabi’ah”. Adapun yang memiliki pertemuan nasab yang dekat adalah para anggota qabilah, seperti Bani Tamim dalam suku Mudhor, atau Bani Bakr dalam Suku Rabi’ah. Yang lebih dekat dari Qabilah adalah fakhidz, contohnnya Syaiban dari Bani Bakr dan Darim dari Bani Tamim, dan semisalnya”.[1]
Ada sebuah kisah menarik yang berhubungan dengan asbabun nuzul surat hujurat ayat 13 ini, yang diriwayatkan oleh Abu Mulaikah, pada saat terjadinya Fathul Makkah (8 H), Rasul mengutus Bilal Bin Rabbah untuk mengumandangkan adzan, ia memanjat ka’bah dan berseru kepada kaum muslimin untuk shalat jama’ah. Ahab bin Usaid ketika melihat Bilal naik keatas ka’bah berkata “segala puji bagi Allah yang telah mewafatkan ayahku, sehingga tidak menyaksikan peristiwa hari ini”.
Harist bin Hisyam berkata “Muhammad menemukan orang lain ke-cuali burung gagak yang hitam ini”, kata-kata ini dimaksudkan untuk men-cemooh Bilal, karena warna kulit Bilal yang hitam. Maka datanglah malaikat Jibril memberitahukan kepada Rasulullah tentang apa yang dilakukan mereka. Sehingga turunlah ayat ini, yang melarang manusia untuk menyombongkan diri karena kedudukannya, kepangkatannya, kekayaannya, keturunan dan mencemooh orang miskin. [2]
Diterangkan pula asbabun nuzul yang diriwayatkan oleh Abu Daud tentang peristiwa yang terjadi kepada sahabat Abu Hindin (yaitu sahabat yang biasa berkidmad kepada Nabi saw). Rasulullah mengutus Bani Bayadah untuk menikahkan Abu Hindin dengan gadis-gadis di kalangan mereka. Mereka bertanya “apakah patut kami mengawinkan gadis kami dengan budak-budak?” sehingga turun ayat ini, agar kita tidak mencemooh seseorang karena memandang kedudukannya.[3]
Berangkat dari itulah, bahwa kemuliaan itu tidak ada hubungan dengan bangsa, suku dan ras, karena yang membedakan manusia disisi Allah hanyalah dari ketakwaan seseorang.

B.     Peranan bahasa untuk menggapai komunikasi antar manusia.
ô`ÏBur ¾ÏmÏG»tƒ#uä ß,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ß#»n=ÏG÷z$#ur öNà6ÏGoYÅ¡ø9r& ö/ä3ÏRºuqø9r&ur 4 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºsŒ ;M»tƒUy tûüÏJÎ=»yèù=Ïj9 ÇËËÈ  
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui." (QS. Ar-Ruum : 22)

Ilmu bahasa erat kaitannya dengan Q.S Ar-Rum ayat 22. Dalam Q.S Ar-Rum ayat 22 dikatakan bahwa bahasa sebagai tanda-tanda kebesaran Allah, sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Bahasa adalah pikiran, perasaan, diwujudkan melalui ucapan yang diucapkan alat ucap manusia (mulut). Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup berkelompok dan membentuk lingkungan pergaulan yang tentunya mereka tinggal di dalamnya, bekerja dan mencari kebutuhan hidup. Dari sinilah bahasa itu berfungsi sebagai alat komunikasi.
Ada hal terpenting yang harus kita ketahui tentang bahasa, yaitu mengenai dengan variasi bahasa. Ada empat variasi bahasa yang perlu diketahui, yaitu:
1.    Variasi bahasa yang pertama kita lihat berdasarkan penuturnya adalah variasi bahasa yang disebut idiolek yaitu variasi bahasa yang bersifat perseorangan membuat konsep idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasanya atau idioleknya masing-masing. Variasi ini berkenaan dengan warna suara, pilihan kata gaya bahasa, dan suasana kalimat. Tetapi yang paling dominan adalah mengenai dengan warnai suara, sehingga jika cukup akrab dengan seseorang hanya dengan mendengarkan cuaranya tanpa harus melihat orangnya.
2.    Variasi kedua berdasarkan penuturnya adalah disebut dialek yaitu variasi bahasa dari kelompok penutur yang jumlahnya relatif berada pada suatu tempat atau wilayah tertentu, karena dialek ini berdasarkan atau tempat tinggal penuturnya maka dialek ini lazim disebut dialek daerah regional atau dialek geografis. Para penutur dalam suatu dialek. Meskipun mereka mempunyai idioleknya masing-masing namun memiliki kesamaan diri yang menandai bahwa mereka berada pada suatu dialek yang berada dengan kelompok yang berada.
3.    Variasi bahasa yang ketiga berdasarkan penuturnya disebut kronoleg atau dialek yakni variasi yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu bentuk variasi bahasa yang digunakan sangat berbeda, baik dari segi lafal, ejaan morfologi, maupun sintaksis dan yang paling nampak adalah biasanya dari segi leksikon.
4.      Variasi bahasa yang keempat, berdasarkan penuturnya disebut sosiolek atau dialek sosial, yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Dalam sosio linguistik biasanya variasi inilah yang banyak dibicarakan karena variasi ini menyangkut semua masalah pribadi pada penuturnya seperti usia, pendidikan, pekerjaan tingkat kebangsawan, tingkat sosial ekonomi.[4]

          Segala aktifitas yang akan kita lakukan diatas muka bumi ini harus diawali dengan bahasa. Diera globalisasi saat ini seiring dengan lajunya perkembangan teknologi dan infomasi sangat mempengaruhi penggunaan bahasa sebagai media berkomunikasi, ada dua sisi yang mempengaruhi sistem komunikasi dibalik kecanggihan teknologi informasi yang juga bagian dari media komunikasi yang pertama adalah pengaruh positif dimana media teknologi informasi sangat memperlancar hubungan komunikasi antar sesama. Disisi yang lain majunya perkembangan teknologi informasi dalam tanda kutip sangat mencendrai kaidah atau tata cara bahasa terutama bahasa kita yang tercinta ini Bahasa Indonesia.

C.     Memperoleh tingkatan orang yang paling bertaqwa.
Allah menciptakan manusia dari seorang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa), dan menjadikannya berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dan berbeda-beda warna kuligt bukan untuk saling mencemoohkan, tetapi untuk saling mengenal dan menolong. Allah tidak menyukai orang-orang yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kepangkatan atau kekayaan karena yang mulia diantara manusia disisi Allah hanyalah orang yang bertakwa kepada-Nya.[5]
Kebiasaan manusia memandang kemuliaan itu ada sangkut pautnya dengan kebangsaan dan kekayaan. Padahal menurut pandangan Allah, orang yang mulia itu adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah. Mengapa manusia saling mengolok-olok sesama saudara hanya karena Allah menjadikan mereka  bersuku-suku dan berkabilah-kabilah yang berbeda-beda, sedangkan Allah menjadikan seperti itu agar manusia saling mengenal dan saling tolong menolong dan kemaslahatan-maslahatan mereka yang bermacam-macam. Namun tidak ada kelebihan bagi seseorangpun atas yang lain, kecuali dengan taqwa dan keshalihan, disamping kesempurnaan jiwa bukan dengan hal-hal yang bersifat keduniaan yang tidak pernah abadi.
Diriwayatkan pula dari Abu Malik Al-Asy’ari, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, ”sesungguhnya Allah tidak memandang kepada pangkat-pangkat kalian dan tidak pula kepada nasab-nasabmu dan tidak pula pada tubuhmu, dan tidak pula pada hartamu, akan tetapi memandang pada hatimu. Maka barang siapa mempunyai hati  yang shaleh, maka Allah belas kasih kepadanya. Kalian tak lain adalah anak cucu Adam. Dan yang paling dicintai Allah hanyalah yang paling bertaqwa diantara kalian,”. Jadi jika kalian hendak berbangga maka banggakanlah taqwamu, artinya barang siapa yang ingin memperoleh derajat-derajat tinggi hendaklah ia bertaqwa. Sesungguhnya Allah maha tahu tentang kamu dan amal perbuatanmu, juga maha waspada tentang hatimu, maka jadikanlah taqwa sebagai bekalmu untuk akhiratmu.[6]
Banyak hadits pula yang menyebutkan hal di atas, yaitu semulia-mulia manusia adalah yang paling bertakwa.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - أَىُّ النَّاسِ أَكْرَمُ قَالَ « أَكْرَمُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاهُمْ » . قَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَا نَسْأَلُكَ . قَالَ « فَأَكْرَمُ النَّاسِ يُوسُفُ نَبِىُّ اللَّهِ ابْنُ نَبِىِّ اللَّهِ ابْنِ نَبِىِّ اللَّهِ ابْنِ خَلِيلِ اللَّهِ » . قَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَا نَسْأَلُكَ . قَالَ « فَعَنْ مَعَادِنِ الْعَرَبِ تَسْأَلُونِى » . قَالُوا نَعَمْ . قَالَ « فَخِيَارُكُمْ فِى الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُكُمْ فِى الإِسْلاَمِ إِذَا فَقِهُوا »
Diriwiyatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata bahwa sseorang bertanya pada Rasulullah Saw, “Siapakah orang yang paling mulia?” Rasul Saw menjawab :“Yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara mereka”. Orang tersebut berkata, “Bukan itu yang kami tanyakan”. “Manusia yang paling mulia adalah Yusuf, nabi Allah, anak dari Nabi Allah, anak dari nabi Allah, anak dari kekasih-Nya”, jawab Beliau Rasulullah. Orang tersebut berkata lagi, “Bukan itu yang kami tanyakan”. “Apa dari keturunan Arab?”, tanya beliau. Mereka menjawab, “Iya betul”. Beliau bersabda, “Yang terbaik di antara kalian di masa jahiliyah adalah yang terbaik dalam Islam jika dia itu fakih (paham agama).” (HR. Bukhari no. 4689)
Hadits tersebut mengandung makna tersirat bahwa ummat Nabi Muhammad saw adalah ummat yang terbaik. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-Imran ayat 110 :
öNçGZä. uŽöyz >p¨Bé& ôMy_̍÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ šcöqyg÷Ys?ur Ç`tã ̍x6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur šÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #ZŽöyz Nßg©9 4 ãNßg÷ZÏiB šcqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçŽsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÊÉÈ  
" Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS.Al-Imran : 110)

Dalam karyanya Abu Muhammad Al Husain bin Mas’ud Al Baghowi menukilkan ungkapan Sahabat Ibnu ‘Abbas r,.a, beliau berkata,
كرم الدنيا الغنى، وكرم الآخرة التقوى.
“Mulianya seseorang di dunia adalah karena kaya. Namun mulianya seseorang di akhirat karena takwanya.” Demikian dinukil dalam tafsir Al Baghowi."[7]
Dilain itu Rasulallah menegaskan sebuah hadits, Allah tidak memandang seseorang rupanya, kekayaan, dan golongan atau ras, namun Allah memandang seseorang dengan ketaqwaannya.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ ».
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa dan harta kalian. Namun yang Allah lihat adalah hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564)
Dan satu hadits lagi yang diriwayatkan oleh Abu Dzar:
عَنْ أَبِى ذَرٍّ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ لَهُ « انْظُرْ فَإِنَّكَ لَيْسَ بِخَيْرٍ مِنْ أَحْمَرَ وَلاَ أَسْوَدَ إِلاَّ أَنْ تَفْضُلَهُ بِتَقْوَى
Dari Abu Dzar, Nabi saw bersabda kepadanya, “Lihatlah, engkau tidaklah akan lebih baik dari orang yang berkulit merah atau berkulit hitam sampai engkau mengungguli mereka dengan takwa”(HR. Ahmad,5: 158).[8]
Semua keterangan tadi sebenarnya bermuara pada bukan kulit putih membuat kita mulia, bukan pula karena kita keturunan darah biru, keturunan Arab, atau anak konglomerat. Yang membuat kita mulia adalah karena takwa kepada Allah sang pencipta.

D.    Analisis ketarbiyahan dan kejurusan ayat-ayat fungsi komunikasi.
Al-Qur'an mengintroduksikan dirinya sebagai pemberi petunjuk kepada hamba Allah. Petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia baik secara pribadi maupun kelompok. Jangkauan yang harus dipelajari didalamnya sangat luas dan menyeluruh. Tidak dapa diraih  secara sempurna oleh seseorang. [9] 
            Beberapa kandungan ketarbiyahan yang terkandung dalam ayat-ayat tentang fungsi komunikasi adalah bagaimana seorang pendidik dapat memberi pemahaman kepada peserta didiknya untuk saling menghargai antar ras, suku dan bangsa. Pemahaman juga untuk peserta didik bahwa Allah melihat seseorang bukan dari golongan atau bangsa tetapi dari ketaqwaanya.
Mengenai kandungan kejurusan Pendidikan Bahasa Arab, bahasa harus merupakan kebutuhan manusia. Bahasa arab adalah bahasa yang memerlukan keahlian dalam mengolah susunan kata menjadi kalimat yang bermakna. Melestarika bahasa juga sama dengan melestarikan kebudayaan untuk kehidupan masa depan anak cucu kita. 

IV.     Kesimpulan
Dalam pembahasan makalah Fungsi Kominikasi dapat kita simpulkan bahwa : Kita sebagai muslim tidak sepantasnya membeda-bedakan warna kulit. Allah membedakan-bedakan kita supaya kita saling mengenal dan lebih mempererat tali ukhuwah diantara sesama muslim. Karena sesungguhnya itu semua merupakan tanda-tanda kebesaran Allah.
Kebesaran Allah tidak hanya terdapat pada penciptaan langit, bumi, dan warna kulit saja, tetapi kebesaran Allah juga dapat terlihat pada bahasa-bahasa yang dipergunakan makhluk ciptaanNya. 

  V.     Penutup
Dari pembahasan di atas dapat kita ketahui bersama, bahwa Fungsi Komunikasi mempunyai peran penting terhadap kehidupan kita untuk menjadi jiwa muslim yang selalu taqwa pada Allah dan tidak membedakan orang lain.
Demikianlah pembahasan makalah sekelumit tentang Fungsi Komunikasi. Kami sebagai pemakalah, menyadari bahwa makalah yang kami sampaikan  sangat jauh dari kesempurnaan. Karena kesempurnaan hanya milik Allah, dan kesalahan milik kami. Maka dari itu, perkenankanlah kami, meminta kritik dan saran dari pembaca guna memperbaiki makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah sendiri dan pada umumnya untuk pembaca. Amien.
Dan akhir kata, pemakalah mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata, baik berupa sistematika penyusunan, maupun isi serta penyampaian makalah ini.



[1] Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thobari, Tafsir Ath Thobari Jaami’ul Bayan ‘an Ta’wil Ayil Qur’an (Dar Hijr)
[2] Departemen Agama,  Al-qur’an dan tafsir Departemen Agama RI,(Tanpa Kota : Departemen Agama, 2009), hlm.409
[3] Departemen Agama,  Al-qur’an dan tafsir Departemen Agama RI,(Tanpa Kota : Departemen Agama, 2009), hlm.410               
[4] Abdul Waid, Dahsyatkan Potensi Otakmu dengan Shalat, (Jogjakarta : Diva Press, 2012), hlm 26.  
[5] Ahmad Muhammad Yusuf,  Ensiklopedi Tematis Ayat Al-qur’an dan Hadits,  Jilid 5  (Jakarta : Widya Cahaya, 2009),   hlm. 419
[6] Ahmad Mustofa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang :  Toha Putra, 1993).hlm. 235-238
[7] Abu Muhammad Al Husain bin Mas’ud Al Baghowi, Ma’alimut Tanzil, ( Dar Thoyyibah, 1417H), hlm. 34.)
[8] Maktabah syamilah.
[9] Dr. Ahmad Munir, MA., Tafsir Tarbawi, (Yogyakarta : Teras, 2008), hlm. 186



DAFTAR PUSTAKA

Agama,  Departemen. 2009. Al-qur’an dan tafsir Departemen Agama RI. Jakarta : Departemen Agama.
Al Baghowi, Abu Muhammad Al Husain bin Mas’ud. 1417H. Ma’alimut Tanzil. Dar Thoyyibah.
Ath-Thobari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. Tafsir Ath Thobari Jaami’ul Bayan ‘an Ta’wil Ayil Qur’an. Dar Hijr.
Maktabah syamilah.
Munir, Dr. Ahmad, MA. 2008. Tafsir Tarbawi. Yogyakarta : Teras.
Mustofa Al-Maraghi, Ahmad. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Semarang :  Toha Putra.
Yusuf,  Ahmad Muhammad. 2009. Ensiklopedi Tematis Ayat Al-qur’an dan Hadits jilid 5. Jakarta : Widya Cahaya.

Waid, Abdul. 2012. Dahsyatkan Potensi Otakmu dengan Shalat. Jogjakarta : Diva Press. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar