Hai angin, masihkah kau meniup kesejukan.
Berlagak bak bidadari, masihkah kau menjadi diri sendiri.
Atau justru termakan oleh intervensi, menjajahkan diri
sendiri.
Atau justru kau tak mampu untuk melawan, karna kau tak punya
kekuatan.
Masihkah ada secercah cahaya menembus dinginnya angin malam,
membalutkan pada selimut tuk tidur dengan tentram.
Atau kau telah menjadi bencana alam ditengah korban
kapitalis, merusak sendi-sendi peradaban menjadi jiwa yang apatis.
Atau kau tetap
menjadi angin bak oase dipadang gurun, menembus kejamnya perhelatan.
Atau kau tetap menjadi angin kesejukan ditengah percaturan
ideologis, namun terhasut pada jiwa materialis berpandangan hedonis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar