Rabu, 24 September 2014

menjadi guru profesional

Mereka adalah orang yang didalam hatinya terdapat kepentingan ilmu, mereka adalah makhluk intelijen Tuhan untuk ikut turut serta mentransfer ilmu Tuhan, mereka diciptakan Tuhan dari ketidak tahuan menjadi mengerti dari mengerti menjadi memahami dan dari memahami menjadi memahamkan orang lain.
Mereka terbebas dari sarat kepentingan dunia, dihati mereka terlepas jabatan bahkan  tak terlintas dibenak pikiran serta hati mereka untuk dipuja oleh masyarakat. Namun, janji Allah dalam meluhurkan orang-orang berilmu tak pernah dusta, firman Allah SWT :
Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ  
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Mujaadillah : 11)
Begitulah Allah meninggikan derajat mereka yang berilmu, mereka yang mengajari orang-orang yang belum mengetahui menjadi paham, dari yang sudah mengerti menjadi paham, mereka adalah Guru, mereka adalah Mua’llim, mereka adalah teacher.
Namun pada hakikatnya, tak semua orang diciptakan menjadi seorang guru. Tripikal orang berbeda-beda, dengan takdir Tuhan yang telah digariskan pada dirinya. Ditelusuri dari benang merahnya, tak sepantasnya mereka yang tak mempunyai jiwa keguruan terjun pada bidang pendidikan.
Tugas seorang guru yang begitu besarnya, menyangkut kunci keberhasilan anak didiknya, menyangkut kemajuan bangsa dan negaranya. Tugas begitu besar yang diberikan oleh guru untuk turut menjaga estafet keilmuan, tidak semata-mata dilakukan hanya sebagai formalitas belaka. Selayaknya, seorang guru terbebas dari kepentingan duniawi entah itu gaji, jabatan atau sertifkasi yang tengah marak di negeri penggila ilmu ini.
Kita coba tengok dan kaji bersama, beberapa literatur yang telah mengupas seluk beluk keilmuan demi mencerdaskan para penggila ilmu. Mereka tak pernah terlintas dibenak pikiran mereka apakah saya akan digaji, apakah saya akan dipanggil guru atau tidak? Yang ada di pikiran mereka hanyalah semoga bermanfaat bagi yang membaca dan bagi yang mempelajarinya.
Guru adalah seorang yang ahli dalam bidang keilmuan tertentu, yang mereka telah gelutinya dengan belajar beberapa tahun untuk mendapat legitimasi sarjana pendidikan. Makanya tak diragukan lagi kredibilitas keilmuan mereka. Mereka telah teruji, mereka telah terlatih untuk menghadapi dunia pendidikan.
Namun kenyataannya, tak jarang banyak orang yang belum memiliki kredibilitas dan legitimasi untuk mengajar justru telah mengajar di sekolah-sekolah. Atau justru banyak orang yang telah memiliki legitimasi mengajar dengan satu ilmu, malah mengajar bidang ilmu lain. Mari kita tengok para ulama salaf, imam Syafi’i beliau ahli dalam bidang fiqh, beliau juga ahli tafsir, dan hadits namun beliau lebih fokus pada bidang ilmu fiqh. Imam Ghazali, kita kenal bersama dengan ulama tasawuf, namun beliau bukan orang yang tak paham dengan hadits, fiqh, tafsir dll, namun beliau lebih fokus pada bidang tasawufnya. Dari sinilah, selayaknya seorang guru untuk bisa fokus pada keahliaan bidang ilmu yang mereka gelutinya.
Pahlawan tanpa tanda jasa yang telah tersemat pada guru. Pahlawan adalah orang yang berjiwa penuh untuk berjuang demi kepentingan orang lain, mereka rela berkorban demi orang lain layaknya lilin yang lebur demi menerangi sekelilingnya. Seorang guru seharusnya memiliki dedikasi penuh untuk mentransfer ilmu pada orang yang membutuhkan. Dedikasi yang mengantarkan pada kecerdasan orang-orang yang masih gersang akan siraman hikmah Tuhan, ilmu.
Janganlah khawatir bagi para pengajar yang budiman nan mulia, ditangan mereka terdapat masa depan bangsa. Dengan dedikasi dan ketangguahan yang kuat akan melahirkan para pemimpin-pemimpin yang kelak akan mengharumkan bangsa dan negara. jika dedikasi yang mereka lakukan besungguh-sungguh dengan balutan niat yang baik maka akan membuahkan hasil. Sebagaimana layaknya sebuah maqalah arab dalam kitab Ta’limul muta’llim karangan Syekh Az-Zarnuzi yang mengatakan :
من قرّع الباب ولجّ ولج
“Barangsiapa yang ingin mengetuk pintu, maka majulah dan ketuk pintunya dan kemudian masuklah kedalam”. Jika menginginkan untuk kesuksesan, maka kita harus berani untuk melangkah lebih maju dengan penuh dedikasi dan pada akhirnya akan membuahkan hasil.
Kasih sayang yang seharusnya ada dalam jiwa pendidik untuk niat yang baik, mentransfer ilmu dan mencerdaskan anak didiknya. Kasihsayang tanpa diskriminasi pada siapaun juga, tak pandang bulu akan ahwal muridnya. Sesering apapun anak didik mengecewakan relung hati guru, senakal apapun mereka, ketidak tahuan mereka yang tak habis-habis “bodoh” namun seorang pendidik harus sabar harus memiliki jiwa kasih sayang. Sebuah maqalah dalam kitab Da’watul Ikhwan karangan KH. Mudzakir bin Faholi mengatakan :
   والرّفق والتــأنّى ترك الأنفة   وتركه المزاح ترك الّلعبة
 Adab seorang mu’allim (Guru) adalah mempunyai sifat kasih sayang, sifat sabar dalam mengajar, meninggalkan sifat sombong, meninggalkan sifat bercanda berlebihan, dan meninggalkan bermainan yang tak berguna.
Kasihsayang juga bisa dengan menghargai anak didiknya, menjunjung harga diri mereka. Tak pernah mendiskriminasi pada siapapun juga. Lebih-lebih, seorang guru bisa mengetahui nama anak didiknya satu persatu sehingga anak didiknya akan lebih merasa dihargai dengan sang guru mengetahui  nama-nama mereka.  Panggilah mereka dengan panggilan kasih sayang, entah mas, mbak, dll. Jangan panggil anak didik dengan nama mereka saja, sehingga akan tercipta jurang yang amat dalam. Jika memanggil anak didiknya dengan panggilan mas atau mbak sebelum nama aslinya, akan tercipta jarak yang lebih dekat seakan-akan teman atau sahabat yang sudah saling kenal dan akrab.
Seorang guru adalah pendidik bukan pengajar yang hanya mengajari mereka sampai mengerti. Pengajar tugasnya hanyalah mengajari sampai anak didik mengerti akan sebuah ilmu yang dibahas. Namun guru layaknya seorang pendidik yang bukan hanya mengajar tapi mendidik jiwa, raga dan keintelektualan mereka anak didik. Secerdas apapun seorang murid, namun jika berlaku buruk akan menghancurkan diri dan lingkungannya. Seberapa banyak ijazah yang dikeluarkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan Indonesia untuk para tunas bangsa? Seberapa banyak ijazah yang dikeluarkan perguruan tinggi sebagai legitimasi keintelektualan mereka? Indonesia bukan negara yang miskin akan orang-orang pintar, kita pernah memiliki Pak Habibie yang diakui kecerdasan dalam bidang teknologi oleh Jerman, kita juga memiliki Pak Quraisy Syihab yang kecerdasannya melebihi diatas orang-orang luar negeri saat beliau menuntut ilmu diluar negeri, kita juga memiliki Pak Said Aqil Siradj yang juga telah diakui kecerdasannya oleh paraGuru Besar di Arab Saudi dan masih banyak para penngila ilmu negeri ini yang cerdas dengan bidang ilmu masing-masing.
Namun kita masih miskin akan kredibilitas keilmuan mereka, mereka para intelektual tak pernah menunjukkan mereka adalah orang yang berilmu, malah justru dengan keilmuannya membodohi saudara sebangsanya, korupsi kolusi dan nepotisme seakan-akan menjadi gaya hidup mereka untuk mengejar nafsu syahwat hedonisme dan materialisme. Oleh sebab itu, seorang guru harus berprilaku yang baik agar anak didiknya mencontoh tindak laku gurunya. Bukankah Lisanul hal afsahul min lisanil maqal (Tindak perilaku lebih bermakna daripada perkataan).
Dan yang paling akhir, adalah seorang guru haruslah  bersabar dalam mendidik. Ajari mereka dengan penuh keuletan, kesabaran sehingga mereka benar –benar paham. Posisikan guru seakan-akan menjadi murid yang paling “bodoh”, gunakan bahasa yang sekiranya semua menjadi paham. Yang sebelumnya tidak mengerti menjadi mengerti, yang sebelumnya kurang mengerti menjadi paham. Ambil standard penyampaian materi dari standar yang paling rendah agar semuanya mengerti dan paham, bersabarlah untuk mengajari dan mendidik mereka yang kelak akan menjadi tabungan amal ibadah kalian, para pendidik makhluk intelijen Sang Hyang Widi.
والإقتصارعندمايعلّم         بقدرمايفهمه المتعلّم
فى ذاك لاقتداءسيّدالبشر   محمّدالموصوف بالصدق الأبر
Adab seorang Guru adalah jangan terlalu bertele-tele dalam menyampaikan materi, sampaikan dan ajari anak didik dengan bahasa yang mereka bisa cerna sehingga mereka mudah memahami materi yang diajarkan. Itu semua karena mengikuti perilaku Nabi Muhammad saw yang ketika mengajari serta mendidik para sahabatannya menggunakan perkataan yang lembut, mudah dipahami dan santun serta sabar dalam mendididk dan mengajari para sahabatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar